[caption id="attachment_273625" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi Musang Berbulu Ayam (gb: MySuaraNet)"][/caption]
Seringkali kita dihadapakan pada kenyataan yang sepertinya tidak masuk di akal dan menganggapnya kenyataan itu rasa-rasanya tidak mungkin terjadi. Kita menjadi bertanya kepada diri kita apakah ini benar-benar sebuah kenyataan atau mimpi. Dan ternyata, sebuah kenyataan yang terelakan meski tetap berharap-harap bahwa kejadian itu, semoga hanya sebatas dalam mimpi.
Orang mengenal sebelumnya bahwa sosok Rudi Rubiandini adalah pribadi jujur, alim dan profesional. Mempunyai prestasi akademis dan segudang penghargaan disandangnya. Lalu kita, menjadi terperangah setengah tidak percaya kalau ia selanjutnya ditangkap KPK. Banyak orang terbelalak atas kenyataan ini. Rasa-rasanya peristiwa itu seperti hanya sebuah mimpi belaka, tetapi nyata terjadi.
Di daerah, di Balikpapan Kalimantan Timur ada peristiwa serupa, masyarakat seolah dibuat terbelakak, ketika seorang yang selama ini dikenal sebagai Ustazd dan sering memberikan penyuluhan anti narkoba, ditangkap aparat kepolisian karena narkoba. Ustazd yang bersatus PNS pada Kantor Kementerian Agama memiliki satu paket yang diduga kuat sebagai sabu. Ia sebelumnya aktif memberikan penyuluhan bagi kelompok-kelompok masyarakat hingga majelis taklim-majelis taklim. Lelaki yang ditangkap ini sudah sekitar 12 tahun sebagai PNS Kemenag, dia juga menjadi penyuluh di BNN khusus dengan ajaran-ajaran yang bersifat keagamaan.
Fenomena apa sebenarnya yang menjadikan orang-orang yang selama ini dikenal baik oleh masyarakat, berubah sebaliknya. Perbuatannya bertolak belakang dengan perilaku sehari-hari sebelumnya. Berubah seratus delapan puluh derajat.
Rasa miris dan menyayangkan sesungguhnya hal ini menimpa kepada sosok yang selama ini terjaga integritasnya, tergelincir ke lembah "kenistaan". Sampai-sampai untuk kasus yang terjadi pada Rudi Rubiandini, seorang Mahfud MD pun, menyebutnya sebagai fenomena "Musang Berbulu Ayam". Apakah ini karena sistem yang ada ini yang menjadikan mereka itu berubah sedemikian rupa. Begitu kuat bobroknya sistem yang ada ini sehingga begitu dahsyat menyeret orang yang "teguh beriman" kepada kejujuran dan profesionalisme terperosok dalam kubangan kebobrokan.
Atau fenomena ini adalah fenomena yang biasa saja, karena kelihaian yang bersangkutan. Lihai memanipulasi persepsi publik terhada dirinya, sehingga bisa berperan ganda dalam panggung kehidupan ini. Menjadi aktor yang handal dalam drama kehidupan dalam berbagai judul cerita kehidupan. Bisa berperan apa saja, "ada peran wajar ada peran pura-pura" (kutipan dari lirik lagu "Panggung Sandiwara", dipopulerkan Achmad Albar).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H