[caption id="attachment_125419" align="aligncenter" width="680" caption="Hasil scaner cover buku Gigo-Gigo, karya Yusran Pare oleh "][/caption] Seorang kawan, yang saat ini bekerja di penerbitan media, tiba-tiba mengirimi saya buku. "Tumben", guman saya dalam hati. Biasanya kan kirim dodol Kandangan, kacang jaruk Tapin atau apem Barabai. Cover bukunya pun tidak menarik sama sekali. Hitam legam. Apalagi dari judul besar di cover buku, tertulis gigo-gigo. Wah paling-paling ini buku esek-esek, pikirku. "Ini pelecehan namanya", celoteh istriku sambil mengeryitkan alisnya. Sekalipun tidak begitu tertarik, buku itu, tetaplah saya buka, dan saya baca. Ternyata isinya, tidak 100% soal pergigoloan "Isi tidak sama dengan judul" pikirku. " Barangkali, semata-mata tuntutan pemasaran. Ini strategi pemasaran", gumanku dalam hati. Tampaknya, judul yang menjurus sensasionalitas libido, dianggap pemikat bagi pembaca. Buku ini merupakan kumpulan dari tulisan yang pernah diterbitkan oleh Tabloid Bёbas di "rubrik curah". Tabloid Bёbas merupakan pengembangan dari koran lokal Banjarmasin post. Banjarmasin Post sendiri, satu grup usaha dengan Kompas, yang menggunakan bendera Persda Grup. Penulisnya adalah Yusran Pare, putra Sumedang Jawa Barat yang saat ini menjabat rangkap sebagai Pimred Banjarmasin Post, Metro Banjar dan Serambi Umah. Judul buku ini diambil dari sebuah tulisan yang diberi identitas artikel-081203, yang menurut pemahaman saya diterbitkan bulan Desember tahun 2003. Anehnya tulisan ini mengulas fenomena praktek pergigoloan yang konon kabarnya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Maksud yang terkandung di dalamnya adalah untuk membuka mata: jangan-jangan praktek demikian itu menjadi fenomena yang luas termasuk di Kalimatan Selatan? Ia juga mempertanyakan soal konstruksi budaya yang selama ini hanya dilekatkan pada lelaki, yang diberilakan label "berhidung belang". Menurutnya, tidaklah demikian adanya. Bagi saya yang cukup memikat adalah cerita tentang Syamsudin (bukan Nazaruddin, hehehehe), yang diberinya judul Sang Arjuna. Mengapa demikian, karena Syamsuddin dianggap betul-betul manusia arjuna. Betapa tidak, dalam waktu 20 hari, ia mempersunting empat orang gadis. Pelaksanaan perta perkawinan pun, dilakukan secara beruntun, masing-masing dilaksanakan selama lima hari. Syamsudin yang berumur 20 tahun ini, seorang mubaligh muda, sedangkan istri-istrinya semuanya ABG yang berumur 14 dan 15 tahun. Keempat istinya, tidak hanya tinggal satu rumah, tetapi satu kamar dengannya. Wouw luar biasa, benar-benar arjuna. Sebagai buku yang mencoba mengkompilasikan berbagai tulisan, tentu saja terikat dengan situasi aktual pada saat tulisan ini dibuat. Terkadang antar tulisan, tidak terkait satu sama lain. Namun demikian substansi tulisan yang ada, tetap aktual untuk kondisi sosial sekarang. Lihatlah judul-judul seperti pendekar mabuk, wakil rakyat, pilkada bahkan soal koalisi masih menjadi pembicaraan hangat sampai sekarang. Sebagai seorang kolumnis, ataupun siapa saja yang tertarik dengan soal tulis menulis, buku ini bisa jadi pelengkap referensi. Keterangan Buku Judul buku : Gigo Gigo Penulis : Yusran Pare Penerbit : PT. Grafika Wangi Kalimantan Icon Cover : KG, Kompas Gramedia Tahun Terbit : 2009 Halaman : 338+xi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H