Kalau saja dikaji seksama sebelum dibangun, jalan tembus Taman Kaligesing, Tlahab Lor-Siwarak-Golaga (Gua Lawa) sudah dapat dinikmati warga. Jalan tembus dengan pemandangan sangat eksotik ini dirintis Bupati Tasdi, Bupati kreatif dan sangat inovatif. Sayang tidak dilanjutkan dan terbengkelai sudah 2 tahun lebih.
Jalan yang sudah dibangun dengan uang rakyat itu rusak. Aspalnya mengelupas, batu-batu keras lancip menyembul diiringi rerumputan yang tumbuh. Menurut keterangan Humas Pemkab Purbalingga, Sapto jalan itu terbengkalai karena secara struktur daerah itu tidak layak untuk jalan, karena melewati Goa Lawa yang notabene bisa merusak goa jika diatasnya dikasih jalan.
Pembangunan jalan tembus penting. Jalan alternatif bukan sekedar akses cepat menuju obyek wisata unggulan di Purbalingga dari arah Bobotsari, namun berpotensi meningkatkan nilai ekonomi dan solusi bila jalur utama macet. Hasil pertanian berupa nanas, sayuran, kayu seharusnya mudah diangkut ke luar untuk dipasarakan. Sayangnya Tasdi, saat itu tidak cermat sehingga jalan itu tidak dilanjutkan oleh Bupati Purbalingga saat ini.
Pembangunan jalan tidak berlanjut karena Corona, wabah asal China ini baru datang awal tahun 2020. Mengingat sebelum corona cukup waktu untuk meneruskan jalan tembus yang tinggal beberapa kilo meter. Pertimbangan teknis menjadikan jalan ini tidak berlanjut, jalan tembus ke Gua Lawa lewat Curug Silintang juga tak sampai.
Saat ini jalan hanya bisa dilewati sepeda motor. Mobil tidak bisa lewat jalan tembus, terputus sebelum masuk Siwarak. "Sayang-sayang banget," ujar Slamet, warga yang bertemu penulis yang keseharian menggunakan jalan tembus untuk berjualan jajananan ini.
Ketika penulis jalan pada awal 2018 mobil bisa melintas mulus hingga gardu Curug Silintang, namun kini kondisinya jauh berbeda. Sebagian jalan terdapat lubang-lubang besar di tengah jalan, aspal mengelupas. Batu-batu lancip pun menyembul bersama rerumputan. Sayang pula jalan yang sudah dicor, di beberapa tempat sebagian dipenuhi lumpur karena selokan tidak terpelihara.
Keberhasilan penulis menembuas Gua Lawa dari Kaligesing berkat informasi dan bantuan orang-orang baik disepanjang jalan yang penulis temui. Info pertama dari Mba Kus, pemilik warung unik. Meski dari bahan bambu dan kayu sederhana warungnya didesain "kereta mini". Pemilik senyum manis yang mengidolakan Mas Oji ini memberikan informasi lengkap kondisi jalan yang akan dilalui.
Meskipun penuh perjuangan keberhasilan menembus Gua Lawa dari Taman Kali Gesing melegakan, bisa menambah pengalaman dan bisa berbagi cerita. Niat pertama menembus Golaga dengan mobil bersama cucu-cucu. Melihat tanjakan tinggi, kami urungkan. Lalu kami mengajak cucu dan anak-anak tetangga ke Curug Silintang.
Pada awal Juli saya bersama pasangan mencoba kembali menelusuri jalan dengan pemandangan indah. Karena motor yang kurang sehat dan kurang siap memanjat, saya gagal naik di tanjakan selepas Curug Silintang. Kami terjatuh dan pulang dengan spion rusak.
Masih penasaran, saya pergi sendiri pada Selasa di minggu kedua bulan Juli. Penulis naik motor sendiri. Sebelum belok dari jalan utama Bobotsari-Pemalang, hujan tiba, diawali gerimis hujan makin besar namun hanya sebentar, bumi sudah basah, termasuk bumi Tlahab Lor sebelum nanjak di Bayeman. Hujan lah yang mengantar penulis mampir ke warung mba Kus. Dalam warung mirip gerbong kereta jaman dulu penulis menadapat informasi jalan tembus Kaligesing-Siwarak.
Sepanjang perjalanan penulis bersantai untuk bisa menikmati alam penuh kesegaran. Perjalanan sering terhenti, teruta bila ada warung kopi berhenti, beli sesuatu. Saat menanjak adzan berkumandang. Kami mencari masjid untuk sholat berjamaah di sebuah Masjid di Ujung Tlahab Lor. "Pak ini masuk wilayah Siwarak apa Tlahab Lor?" tanya penulis kepada seorang yang dituakan di sana.