Sampah, sepanjang kehidupan manusia akan terus menjadi masalah. Namun bila dikelola baik, sampah juga bisa menjadi sumber penghidupan. Berbagai daya upaya dilakukan pemerintah dan masyarakat agar sampah tidak menjadi limbah kotor yang harus dihindari.
Sampah di satu sisi menjadi limbah yang berbau busuk, kotor dan berserakan. Pada sisi lain sampah masih dapat dimanfaatkan untuk produk daur ulang dan pembuatan pupuk organik. Bahkan sampah dapat dimaksimalkan menjadi lahan bisnis bila diintegrasikan dengan industri peternakan, perikanan, bisa menggerakkan bisnis UMKM.
Berawal dari cerita buruk ABK kapal membuang sampah ke laut yang viral beberapa tahun silam, PT. PELNI (Persero) sebagai BUMN transportasi laut bertekad mengani sampah secara baik. Perseroan yang berdiri pada 28 April 1952 ini merintis tata kelola sampah secara terintegrasi. Untuk mewujudkanya PELNI bekerjasama dengan mitranya Generasi Muda Cendekia (GMC) membangun dua Rumah Kelola Sampah (RKS) di luar Jawa.
Pembangunan RKS dimulai dari daerah yang jumlah kapal singgahnya tidak banyak, hal ini untuk menghindari risiko kegagalan. Berpegang pada prinsip kehati-hatian perseroan merintis pembangunan RKS Kampung Barokah di Desa Barokah, Batulicin, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Dalam kurun satu tahun RKS ini memberikan kontribusi dan manfaat yang besar. RKS dapat mengatasi sampah dari kapal PELNI dan sampah dari masyarakat. Tahun berikutnya dibangun RKS di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. RKS di Bima diberi nama RKS Kampung Malayu. RKS ini telah dan akn terus berkontribusi nyata bagi masyarakat.
Karena manfaatnya yang besar, PELNI akan membangun lagi di kota-kota lain. Diutamakan di tempat kapal PELNI singgah dan membuang sampah. RKS ketiga rencananya akan dibangun di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.
Integrasi TPA-TPS-Ternak- Rumah Makan Gerakkan UMKM
Hasil dari tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah sampah dibibuang begitu saja dan sampah akan menggunung membusuk. Sampah di TPA diambil pemulung. Mereka memilih sampah yang bisa dijual untuk daur ulang. Sedangkan sampah organik dibiarkan tanpa diolah.
Sementara di RKS PELNI sampah organik dan non organik bisa dimanfaatkan. Sampah daur ulang dijual. Sampah non organic yang tidak laku dijual dibuat pernak pernik kerajinan dan sampah organik diolah menjadi pupuk kompos.
RKS sebagai tampat olah sampah organik menjadi pupuk masih dapat dimaksimalkan dengan menjadikan RKS tempat usaha lanjutan sebelum diolah menjadi pupuk, sampah akan mengalami proses pembusukan yang masih bisa dimanfaatkan untuk budi daya Magot.
Proses pembusukan sampah organik secara alami diproses oleh lalat BSF (black Soldier Fly) lalat tentara hitam akan bertelor dan akan menjadi belatung atau ulat BSF. Ulatnya besar-besar dibanding ulat lalat hijau. Ulat BSF tidak berpotensi penyakit, namun memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga ulat Magot ini dapat dimanfaatkan menjadi pakan suplemen bagi ikan, ayam dan itik.