Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Sekhu

profesional

Indonesia, dari Sebuah Kursi

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada sebuah kursi yang empuk

Yang dirajut dari jalinan koalisi partai

Dengan anyaman banyak kepentingan

Dan cenderung selalu berbagi kekuasaan,

Nyamankah Bapak duduk disitu?

Sedangkan banyak rakyat masih berdiri,

Bahkan jinjit—terdesak dari sejengkal tanah

Yang semakin sempit, berjejal-jejalan

Betapa rakyat antri menunggu nasib baik!

Rakyat memilihmu bukan untuk duduk manis

Dan ongkang-ongkang kaki, tapi untuk kerja

Memikirkan harapan masa depan negeri ini

Bapak tentu tahu begitu banyak darah dan air mata

Tumpah demi memperjuangkan negeri ini

Rakyat rela berkorban jiwa raga, bahkan nyawa

: Perjuangan sampai tetes darah penghabisan!

Kursi kekuasaan itu memang empuk, tapi

Bapak jangan terlena dan hanya berpuas diri

Karena Bapak harus mau mendengar aspirasi rakyat

Wujudkan janji-janji manis yang sudah Bapak katakan

Pada saat kampanye di depan rakyat yang penuh harap

Jangan sekali-kali mengingkari janji karena itu amanat

Yang tentu harus tetap Bapak pegang erat-erat

Sebagai abdi rakyat tetapkan hati Bapak melayani rakyat

Kata-kata harus selalu selaras dengan tindak perbuatan

Silakan, ya silakan, Bapak duduk di kursi yang empuk itu

Tapi buktikan bahwa Bapak memang pantas duduk di situ!

Djakarta Theater, 7 Agustus 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline