Lihat ke Halaman Asli

Debat Kedua, Pola Masih Sama

Diperbarui: 28 Januari 2017   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com

Tadi malam berlangsung debat Cagub-Cawagub resmi KPUD DKI Jakarta jilid dua. Debat yang dimoderatori oleh Tina Talisa dan Eko Prasojo berjalan kondusif dan ada beberapa hal yang layak diperbincangkan. Tadi malam debat bertemakan ‘Reformasi Birokrasi’ tema utama memiliki turunan tema berupa  penataan kota, pengelolaan ruang terbuka dan tentu saja; kitab menyejahterakan penduduk Jakarta.

Reformasi Birokrasi tidak bisa dilepaskan dari Pelayanan Publik. Hal ini juga menjadi pokok pertanyaan debat tadi malam. Ketiga calon yang hadir; nomor urut 1 Agus Harimurti-Sylviana Murni, Nomor urut 2 Basuki Tjahja-Djarot Saiful dan nomor urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno menjawab tiap-tiap pertanyaan sesuai dengan pemahaman dan gaya mereka masing-masing.

Agus-Sylvi masih mirip seperti saat debat pertama, mengandalkan kharisma Agus dalam berpidato ‘campursari’ yang banyak menyelipkan istilah bahasa Inggris pada tiap penjelasannya. Porsi bicara Sylvi pun masih belum banyak, mungkin karena tiapkali diberi kesempatan bicara Sylvi sering keluar dari konteks pembicaraan dan kurang tajam menyusun pertanyaan. Kedua Paslon lainnya pun sempat bingung ketika memasuki sesi tanya jawab, Sylvi malah seperti bercerita tanpa memberikan pertanyaan secara eksplisit.

Pasangan nomor urut dua menjawab secara lugas, tegas dan tepat sasaran pada tiap-tiap pertanyaan yang diberikan. Tidak bisa kita pungkiri, Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik merupakan ‘Lahan Garapan’ utama Basuki-Djarot selama ini dan tidak heran jika mereka menguasai materi debat kedua kali ini dengan mengedepankan program-program mereka yang sudah terlaksana seperti PTSP, RPTRA, KJP dan lain-lain.

Pasangan nomor urut tiga masih memiliki kemampuan retorika yang tinggi, menjawab dan bertanya menggunakan bahasa dan istilah-istilah yang ‘genit’ dan pasangan ini yang paling ‘rajin’ melayangkan kritik kepada Paslon lain. Dan mereka pun kerap menggunakan taktik cerdas untuk menjatuhkan Paslon nomor urutt 2. Caranya, saat berlangsung sesi tanya jawab antara Paslon nomor 3 dan nomor 1, Anies-Sandi kerap bertanya pertanyaan yang menyudutkan pason nomor 2.

Contohnya, Sandiaga bertanya pada Agus-Sylvi apa perbandingan Gubernur DKI yang sekarang dan dulu. Paslon 1 pun menggunakan kesempatan dari pertanyaan ini untuk mengkritik Petahana sekaligus memamerkan program mereka. Sesi tanya jawab antara nomor 1 dan 3 sering terlihat mengherankan. Apalagi, saat Anies tidak mengerti apa yang ditanyakan Sylvi, waktu yang diberikan sudah habis. Keduanya mendekat ke tengah untuk saling berbicara. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan debat dan Basuki-Djarot pun mencairkan suasana dengan menunjukkan gestur melerai agar Sylvi dan Anies tidak melanjutkan debat yang tidak sesuai dengan peraturan debat.

Kilasan singkat debat diatas menunjukkan Basuki-Djarot dalam dua debat resmi KPUD DKI ini menguasai tema dan jalannya debat. Basuki-Djarot memberikan bukti, sebagai Calon Gubernur selain harus memiliki rancangan kerja yang matang, juga harus memiliki jam terbang dan merasakan asam-garam di lapangan. Dengan memiliki keduanya, Cagub-Cawagub akan memiliki perspektif dan pengambilan kebijakan yang baik dan tidak berat sebelah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline