Lihat ke Halaman Asli

Resep Digital

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di suatu pagi di sebuah apotek…

Pegawai pemerintah;bu, ada obat anu1, dan anu2…

Asisten apoteker;ada pak, mau beli berapa pak..

Pegawai pemerintah;masing-masing lima aja bu..

Asisten apoteker;resepnya mana pak..

Pegawai pemerintah;loh, harus pake resep toh..

Asisten apoteker;iya pak, obat yang bapak minta bukan tergolong obat bebas. Jadi harus ada resep dokter..

Pegawai pemerintah;ya sudah ini resepnya.. ini dari istri saya, istri saya dokter ! (sembari memperlihatkan sms dari istrinya yang memang seorang dokter, tentang obat-obat yang harus dibeli)

Asisten apoteker;loh bapak ini bagaimana sih, ini kan cuma sms. Yang saya minta resep !

Pegawai pemerintah;loh bu, ini resep obat digital dari istri saya ! resep jaman millennium ya seperti ini, era modern, digitalisasi. Nomor registrasi IDI dari istri saya juga ada loh..

Asisten apoteker;bapak ini koq ngeyel ya, yang namanya resep itu ya secarik kertas, ada rekomendasi obat dan stempel dan paraf dokter yang bersangkutan..

Pegawai pemerintah;ibu ini diajak maju koq susah ya, sekarang sudah era modern, serba digital. Sms dari istri saya ini namanya resep digital..!

Asisten apoteker;sudah..sudah.., bapak nyari apotek lainnya saja, yang mau menerima resep digital dari bapak..!

Pegawai pemerintah;wah ibu ini nantang ya, saya ini aparat, anggota juga.. ini KTA saya. Saya bisa mencabut ijin pelayanan apotek ini..!

Asisten apoteker;ya silahkan saja bapak mau mencabut ijin apotek ini, jangan lupa pak, sebagian keuntungan dari apotek ini juga disetor ke instansi bapak. Kalo apotek ini tutup, bapak bisa nggak dapat transport mingguan..

Pegawai pemerintah;wah nantang beneran ibu ini, ya sudah saya nyari apotek lain saja.. dasar apotek katrok, ndeso..!

Asisten apoteker;bapak yang katrok, ndeso..!

Tak lama kemudian, pegawai pemerintah yang sedang mengalami radang syaraf kepala alias pusing tiada terkira ini ngeloyorkeluar apotek itu sambil memegangi kepala yang makin nyut-nyutan. Begitu memasuki mobil, sejenak direbahkan kepala disandaran jok, kepala pusing mendadak dan lapar di perut yang tiada terkira karena belum sarapan.Suasana traffic jam di pagi itu makin menambah radang syaraf di kepalanya semangkin menjadi-jadi.

Hmm sepertinya saya harus sarapan dulu, batinnya. Lalu diambil telepon selular, dan dicoba untuk menghubungi seorang teman…

Sent message/udah di kantor ? nyari sarapan yg seger2 yuk, aku lg di jln, macet bgt niii..

Received message/gw ga ke ktr, ada riset lapangan. Km sarapan aja sendiri..

Sent message/temeni sebntr dunk, laper dan pusing nih

Received message/yeeeah maunya ! pokoknya enggak.. enggak.. enggak.. gw sibuk !

Sent message/ya sdh, have a nice day.. i miss you

Received message/GOMBAL ! awas lu yee, berani ngerayu gw lg..!

Si pegawai pemerintah hanya tersenyum membaca sms terakhir dari temannya, sambil terbayang wajah cemberut temannya ketika sedang dalam suasana emosi. Segera diputar kunci kontak ke posisi ON lalu START, dimasukkan transmisi ke posisi 1, lepas handbrake, dan… ikut serta meramaikan keriuhan traffic jam di pagi itu. Ya, lalulintas di jalur hariannya macet parah di pagi itu, cukup menambah pusing di kepalanya, kecepatan mobil di indikator terbaca rata-rata 20km/jam. Baru berjalan sekitar 300 meter, tiba-tiba telepon selulernya berbunyi…

“KRIIIIIING !!!”

Akhirnya dia mau juga nemeni saya sarapan, batin si pegawai pemerintah itu. Lalu diliatnya di layar LCD telepon seluler, memastikan siapa gerangan yang menelepon. Dan terbaca…

“incoming call – KABAG”

Aaaaarrgghhh…., lalu kepala si pegawai pemerintahmakin tambah pening, lalulintas di depannya serasa berputar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline