Oleh: akhmad mustaqim
Esai moderator diskusi Budaya HMJ PBSI Unisma
Sabtu 17, Desember 2022
1/
Pada kehidupan kita sehari-hari yang gelap ataupun terang, bahagia ataupun tidak bahagia, budaya akan selalu ada. Sebagai orang yang menyadari kalau hidup seperti itu---akan selalu tenang. Seperti halnya budaya yang secara umum dimaknai ciptaan manusia yang terus menerus bersifat baik, dan menjadi habitus. Mungkin itulah budaya.
Kebudayaan, meminjam perkataan Koentjoroningrat (1990:180) kebudayaan merupakan seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Menyederhanakan kebudayaan di kehidupan sehari-hari tidak lain sebuah kebiasaan baik dilakukan manusia setiap saat yang memberikan dampak. Kita terkadang terjebak dengan presepsi-presepsi begitu lebar serta kadang jauh.
Memang secara umum kata "budaya" dapat disandingkan kata lain yang akan jadi frasa dan memunculkan makna baru secara simbolik maupun secara semantik, dan bahkan pragmatik. Sehingga sandingan sering kali tergabung dengan kata lain; baca, literasi, ngaji, dan menari dsb---itu yang akan memunculkan makna budaya positi kala disandingkan dengan kata yang telah disebutkan.
Sedangkan yang seringkali salah menggabungkan kata "budaya"---yang bermakna negative dan bahkan kurang tepat kata itu, yaitu: korupsi, ngombe, bulliying, dan telat dsb. Makna secara semantik dan konteks di atas perlu memilah serta memilih untuk dijadikan sesuatu hal yang tepat sesuai makna serta praktik. Yang jelas sebuah budaya, ingin mencipta hal-hal baik yang dapat mampu beradaptasi dengan zaman serta lingkungan. Adigium Minang yang dikenal dapat direduksi dalam pembahasaan budaya; "di mana bumi diinjak, di stu langit dijunjung."---yang artinya kurang lebih "kita harus tahu di mana kita hidup paham tentang kebiasaan di wilayah tersebut, agar tidak ada kesangsian dalam bermasyarakat." Itulah sekurang-kurangnya dapat dimaknai dalam konteks budaya---yang dikenal local wisdom. Kita perlu mengambil contoh. Saat kita hidup di Malang ini sebagai perantau "dari nun jauh di sana"---yang akan hidup di lingkungan Malang, yang memiliki budaya serta tradisi. Budaya dan tradisi tersebut perlu kita ketahui untuk bisa hidup dengan masyarakat berdampingan, serta bisa diterima dengan baik oleh sekitar. Sehingga hidup kita akan lancar serta dengan mudah masyarakat menerima dengan lapang tidak perlu mencari terkadang akan diberi.
Karena, ketika memahami dan berbaur dengan budaya orang lain akan dengan mudah mencapai kehidupan damai dan tenang. Perlu menyadari menjadi diaspora sementara di kota orang dengan tujuan baik mencari ilmu pengetahuan. Tidak mudah mendapatkan, kala kebiasaan-kebisaan kecil terjadi di sekitar tidak didamaikan dengan diri kita. Mengikuti alur atau konvensi di suatu wilayah sangatlah penting agar menjadi orang berbudi luhur. Selain itu, biasanya akan dengan mudah menjalani hidup di perantauan dan mudah menggapai ilmu pula.
2/
Secara umum makna budaya dan berbudaya adalah kesadaran manusia. Bahwa bahasa, ide, dan pola pikir, serta daya cipta manusia---yang tidak lain semua itu hanya dimiliki manusia, makhluk lain tidak. Maka ada yang mengatakan manusia makhluk simbolikum atau makhluk dapat membaca dan mencipta simbol/bahasa. Akan tetapi, kadang manusia tidak menyadari akan hal itu dan enggan memahami apa esensi manusia berbudaya, salah satunya yaitu berbahasa dengan baik.