Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Mukhlis

TERVERIFIKASI

Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

Kembalinya Liga 1 dan Kesehatan Mental Kita

Diperbarui: 10 November 2020   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah penari dan maskot tim memeriahkan acara pembukaan Liga 1 2020 sebelum laga Persik Kediri melawan Persebaya Surabaya di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (29/02/2020) malam. (Foto: KOMPAS.com/SUCI RAHAYU)

Sebagai sebuah tontonan, olahraga profesional secara langsung mengikat para penggemar dan penontonnya dalam kehidupan khusus, mulai perasaan memiliki, berdiskusi, terhubung dengan oranglain, berkomunitas sampai luapan berbagai emosi saat menontonnya.

Nasib bergulirnya kembali kompetisi sepakbola nasional samar-samar mulai terlihat. Otoritas telah menetapkan Februari-Juli 2021 sebagai waktu untuk menyelesaikan kompetsisi yang tertunda akibat pandemi. 

Pro dan kontra tentu saja menjadi bumbu atas dikeluarkannya surat PT. Liga Indonesia Baru (LIB) Nomor 394/LIB-KOM/XI/2020. Banyak pihak menyambut baik keberanian PT. LIB mengembalikan kompetisi, namun sebagin juga memberikan kritik tajam. 

Diantaranya PT. LIB dianggap tidak menyiapkan protokol yang jelas, banyak klub yang tidak siap sampai tudingan bahwa kompetisi digelar untuk memenuhi tuntutan kewajiban pada pihak sponsor liga. 

Tulisan ini tidak hendak memberikan keruwetan pro dan kontra dalam hal kebijakan dan teknis, namun saya akan memberikan perspektif dampak psikologis olahraga sebagai tontonan.

Olahraga, sebagai tontonan

Keputusan LIB menggelar kembali Liga 1 memang belum jelas kaitannya terkait protokol kesehatan, terutama mengenai apakah pertandingan kelak akan memperbolehkan supporter datang langsung ke stadion. 

Jikapun supporter tidak diperbolehkan datang ke tribun, saya yakin semua supporter sepakat bahwa olahraga (dalam hal ini sepakbola) mengikat mereka dalam sebuah emosi khusus, bahkan penting bagi kehidupan. Terlebih penghentian olahraga disebut memberikan dampak besar bagi kesehatan mental atlet yang terlibat di dalamnya.

Semua ahli telah bersepakat bahwa olahraga dapat memberikan keuntungan bukan hanya fisik, tetapi juga mental. Namun, para ahli masih belum menemukan kesepakatan bahwa olahraga sebagai tontotan dapat memberikan dampak serupa dengan berolahraga secara langsung. 

Meskipun begitu, sebagai sebuah tontonan, olahraga professional secara langsung mengikat para penggemar dan penontonnya dalam kehidupan khusus, mulai perasaan memiliki, berdiskusi, terhubung dengan oranglain, berkomunitas sampai luapan berbagai emosi saat menontonnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline