Lihat ke Halaman Asli

Akhmadi Swadesa

Menulis Fiksi

Nyanyian Tanah Huma (Bagian 3)

Diperbarui: 26 Juni 2024   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Ilustrasi sumber: pixabay.com

   

Oleh: Akhmadi Swadesa

     Sementara itu angin berdesir-desir di batang-batang padi yang baru setinggi lutut orang dewasa dan juga di pepohonan berdaun lebat di sekitar tanah huma itu. Desir angin itu seperti merangkai nyanyian melankolis di hati Sardi. Dia merasa sang kekasih akan berpaling darinya.

     "Jangan terlalu serius dengan persoalan ini, Sar. Nanti pikiran kita terganggu, dan kita tidak bisa konsentrasi ketika menghadapi soal-soal ujian akhir nanti," kata Yuli mencoba mengalihkan tema perbincangan mereka. Kebetulan, memang bulan depan baik Sardi maupun Yuli sudah akan menempuh ujian akhir di SMA masing-masing. Mereka berdua akan segera lulus. "Setelah lulus SMA kamu mau melanjutkan kuliah jurusan apa, Sar?"

     "Belum tahu sih. Nanti aja dipikir."

     "Aku ingin kuliah di kedokteran, agar bisa nyuntik orang lewat. Nzus, nzus, nzus," ucap Yuli tertawa seraya jari telunjuknya menusuk-nusuk ke pundak Sardi.

     Mau tak mau Sardi juga ikut tertawa. Tapi jari tangan Yuli yang bagus dan menggemaskan itu langsung dia tangkap dan remas. Lantas jari telunjuknya yang putih dan mungil itu Sardi gigit perlahan. Yuli pura-pura kesakitan dan menjerit.

     Yuli menarik tangannya dari genggaman Sardi dan bergegas menuruni tangga pondok yang tinggi itu. Sardi memperingatkan agar Yuli berhati-hati, jangan sampai terjatuh.

     Ketika sudah berada di bawah, Yuli mendongak menatap Sardi yang masih duduk dengan kaki menjuntai di pinggir lantai pondok itu.

     "Sudah sore, pulang yuk?" ajak Yuli.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline