Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Hasbul Wafi

hambamusafir

Budaya "Manut dan Terserah" Perempuan yang Bisa Menjadi Penyebab KDRT

Diperbarui: 14 Agustus 2024   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : detik.com

Jagad maya digemparkan dengan viralnya sebuah video yang beredar  menunjukkan kekerasan terhadap perempuan yang diunggah dan dialami langsung oleh selebram terkemuka cut intan dengan suaminya dengan faktor penyebab sang suami kepergok menonton video porno dan tidak terima ditegur hingga melakukan sebuah tindakan biadab hingga melakukan kekerasan terhadap rumah tangga (KDRT).

Kasus ini mengingatkan kita bahwasannya lama atau singkatnya suatu hubungan pernikahan itu tidak bisa menjadi tolak ukur untuk  terciptanya kelanggengan di sebuah hubungan pernikahan itu sendiri. Banyak faktor dan latar belakang yang bisa menjadi acuan hingga menyebabkan terjadinya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, tidak luput karena sifat dan budayanya mayoritas para perempuan itu sendiri yakni budaya "manut dan terserah".

Budaya manut dan terserah bagi perempuan nampaknya harus segera dirubah, Baik dari segi pemikiran maupun landasan perbuatan supaya kita bisa untuk menimalisir bersama kekerasan terhadap perempuan yang realitanya sangat berhubungan dengan maraknya kasus KDRT seperti ini.

Manut atau Menurut

Manut atau Menurut ialah suatu tindakan yang dihasilkan dari suatu proses penyampain dialektika dengan 2 pembicara apa yang sudah disampaikan hingga menjadi respon terhadap seorang perempuan yang membuat harus mengikuti apa yang sudah disampaikan, baik itu terhadap suatu hal atau sesuatu yang mereka terima dengan tidak bisa menginterupsi hal itu, Seorang perempuan sejati seharusnya tau mana yang baik dan mana yang buruk sehingga tidak perlu lagi untuk mematuhi atau menuruti apa kata orang yang mereka anggap bijak dan bisa dijadikan panutan dengan menjadi seorang pemanut atau penurut.

Terserah

Kata ini merupakan kata yang paling saya benci didunia, bukan karena maknanya yang jorok ataupun kotor, Melainkan ucapan yang dihasilkan itu harus membuat yang menjadi lawan pembicara menjadi sangat kebingungan untuk menentukan sebuah keputusan, dengan contoh; Semisal kita ingin membelikan pasangan kita seporsi makanan, namun ketika ditanyai para perempuan kebanyakan berkata "terserah", dengan raut wajah yang mangkel serta kebingungan pasangannya yang membelikan pun membelikan sama seperti yang dia beli.

Namun ketika sudah dibelikan mayoritas para perempuan ini tidak mau menerima pembelian dari pasangannya karena tidak cocok dengan apa yang dia inginkan, tapi kenapa kalian wahai para perempuan itu kok bilang TERSERAHHHH, sehingga kata ini sangat rentan menimbulkan sebuah perselisihan antara  hubungan pasangan baik dipernikahan ataupun itu menuju ke arah KDRT .

Sudah saatnya para perempuan membuat gerakan dan gebrakan , sudah saatnya tidak manut dan hanya terserah, sudah saatnya bisa memimpin sebuah lembaga bahkan negara dan sudah saatnya perempuan mendapatkan hak yang layak dan mereka inginkan yakni bisa setara denga para lelaki  dalam mengambil  keputusan dan menentukan tujuan.

Berkaca dari kasus ini, perempuan tidak boleh menjadi takut akan kejadian serupa hingga terbayang-bayang hingga mimpi seperti akan takut menikah, di dalam islam perempuan itu dimuliakan dan dibedakan supaya mereka sadar bahwa perempuan bisa melawan tanpa harus tertindas, melawan tanpa harus terluka dan melawan tanpa harus merunntuhkan sebuah bahtera rumah tangga.

Billahi Fi Sabilil Haq.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline