Pendahuluan
Agama hadir ditengah kehidupan manusia dengan tujuan untuk mendamaikan dan memberikan pencerahan sehingga terciptalah manusia yang ber-peradaban disamping berpengetahuan. Kata "Agama" sendiri berasal dari bahasa Sanskrit yakni a = tidak dan gam = pergi, jadi tidak pergi atau tetap ditempat dan bisa juga diwarisi secara turun temurun. Ada juga yang mengatakan bahwa gam berarti tuntunan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya (Nasution, 2018: 1). Dari penjelasan secara etimologi, Agama menunjukkan sebuah petunjuk bagi umat manusia demi tercapainya kebahagiaan bukan malah memunculkan kesengsaraan, rasa takut maupun rasa cemas. Agama yang bersifat sakral dan suci ini juga seringkali dijadikan kedok bagi kelompok tertentu demi tercapai kepentingannya. Melalui segala cara dilakukannya diantaranya aksi terorisme yang kerap dikaitkan pada agama tertentu khususnya agama islam. Apakah benar Agama khususnya dalam ajaran Islam sendiri terdapat benih-benih untuk melakukan tindak terorisme? Menarik untuk ditelisik lebih dalam lagi soal keterkaitan tindakan terorisme dengan agama.
Apa itu Terorisme?
Definisi Terorisme bersifat relatif, belum ada ijma berbagai negara mengenai definisi Terorisme. Kebanyakan negara mendefinisikan terorisme berdasarkan perspektif dan dinamika mereka masing-masing. Contohnya di negara Indonesia banyak Lembaga yang mendefinisikan terorisme, salah satunya MUI pada tahun 2005 menjelaskan bahwa terorisme adalah Tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat (Ansori dkk, 2018: 7-8). Bila dilihat dari kata "Terorisme", ini berasal dari kata "Teror" yang secara etimologis mencakup arti: 1. Perbuatan yang sewenang-wenang; 2. Usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau golongan (Jalaluddin, 2019: 370). Menurut KBBI, Terorisme berarti penggunaan kekerasan atau menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai suatu tujuan, terutama tujuan politik.
Istilah "teroris" dan "terorisme" pertama kali muncul pada masa revolusi perancis 1789. Penggunaan kata "terorisme" pada tahun 1795 mengacu pada 'pemerintahan teror' yang diprakarsai oleh kaum revolusioner. Teroris ditunjukkan pada agen keamanan yang memberlakukan kebijakan teror. Menurut Prof. Adam Roberts dalam The Changing Faces of Terorism menjelaskan bahwa pada awal-awal revolusi, terjadi aksi kekerasan yang Sebagian besar dilakukan oleh pemerintah paris untuk memaksakan peraturan baru kepada warganya. Berdasarkan hal ini, aksi terorisme dilakukan dari kalangan pemerintah yang berupa pemaksaan aturan baru atau aturan terror pada masyarakat. Tetapi seiring perkembangan zaman, terorisme bukan hanya dilakukan oleh kalangan pemerintahan melainkan juga dilakukan oleh kelompok-kelompok non-pemerintah.
Bentuk-bentuk terorisme menurut Muladi dapat diperinci sebagai berikut:
- Sebelum perang dunia II, hampir semua Tindakan terorisme terdiri atas pembunuhan politik terhadap pejabat pemerintah (Handoko, 2019: 157-158).
- Terorisme pada tahun 1950-an, serangannya bukan hanya terhadap para pejabat pemerintah melainkan juga terhadap warga sipil yang tidak berdosa.
- Terorisme pada tahun 1960-an dikenal sebagai "terorisme media" yang menyerang siapa saja demi tujuan publisitas.
Sedangkan ciri-ciri terorisme menurut Abdul Muis Naharong terdiri atas:
- Kekerasan dilakukan dengan tujuan dan motif politik, keagamaan dan ideologi lainnya.
- Perbuatan disebut sebagai terorisme apabila melibatkan kekerasan.
- Terorisme memengaruhi sasaran diluar terget atau korban serta melibatkan aktor-aktor bukan negara (diluar pemerintahan).
- Terorisme dilakukan oleh orang yang rasional atau berakal, bukan orang gila. Para teroris dalam menjalankan aksinya tidak dilakukan secara sembarangan akan tetapi perlu dipikirkan matang-matang.
Setelah mengetahui penjelasan mengenai terorisme, kita bisa mengetahui seperti apa bentuk aksi terorisme itu dan kita bisa menentukan mana aksi terorisme atau aksi yang bukan terorisme. Dengan melihat kondisi pada zaman sekarang ini, terorisme mempunyai wajah baru yakni melakukan aksi terror dengan berlandaskan teksi suci. Apakah ada hubungannya terorisme dengan agama? Berikut penjelasan soal hubungan terorisme dengan agama.
Hubungan Terorisme dengan Agama
Merujuk pada penjelasan diatas tadi bahwa terorisme dilakukan demi mencapai tujuan politik, oleh karena itu sebenarnya terorisme sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama. Namun akhir-akhir ini bermunculan isu-isu miring untuk mengaitkan terorisme dengan Gerakan keagamaan. Adanya berita soal itu, dinyatakan oleh seorang pakar strategi keamanan dan terorisme dari pusat Analisa strategi internasional (CISA) yakni Prof. Ross Babbage dalam ceramahnya yang berjudul The New Terorism: Implications For Asia Pacific Governance di Gedung parlemen Australia di Canberra (11 desember 2002), ia menyimpulkan bahwa terorisme terkait dengan Gerakan minoritas umat islam militant wahabi yang radikal dan akrab dengan kekerasan (Jalaluddin, 2019: 371). Pandangan Ross mengenai hal ini, beliau membagi terorisme menjadi dua, yaitu terorisme lama dan baru, terorisme lama menurut Ross biasanya dalam melancarkan aksinya memerlukan peralatan berat dan tergabung dalam jaringan yang berbentuk organisasi seperti halnya organisasi militer. Sedangkan terorisme baru, Ross melihat mereka dalam melancarkan aksinya didukung oleh doktrin agama yang dikaitkan dengan perang suci. Dipertegas lagi soal penjelasan terorisme menurut divisi pengkajian dan penelitian departemen luar negeri amerika serikat yang mengatakan terorisme ialah aksi kekerasan tingkat tinggi yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok internasional dengan mengatasnamakan ideologi keagamaan kepada masyarakat luas. Pengertian tersebut tidak sembarang diberikan, karena pengertian terorisme sangat terkait dengan situasi pada sebuah negara. Mengingat terjadi aksi terorisme di amerika serikat pada tanggal 9 september 2001 dimana kelompok islam radikal yakni Al-Qaeda yang dipimpin oleh Usamah bin Laden ditetapkan sebagai pelaku atas runtuhnya Gedung World Trade Centre (WTC).
Sebenarnya Agama mengajarkan kepada umatnya untuk memanusiakan manusia sehingga perbuatan yang merugikan dan menghancurkan peradaban manusia bukanlah ajaran agama yang sesungguhnya, bahkan lemahnya ruh agama didalam diri seseorang akan selalu melakukan keburukan yang berdampak pada kehancuran. Sudah jelas bahwa eksistensi agama dimuka bumi untuk mengharmonisasikan seluruh kehidupan manusia bukan malah membuat kondisi kehidupan manusia menjadi hancur. Dengan adanya agama yang dijadikan pedoman dasar hidup membuat manusia jauh dari kata "Terorisme".