Berdasarkan kurikulum Merdeka pada Madrasah, mata pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) diartikan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia dalam membangun peradaban dari masa ke masa (Tabrani, dkk, 2023: 18). Dari definisi tersebut tersirat sedang berlangsungnya proses pembangunan peradaban manusia. Konsekuensinya, umat muslim sampai sekarang ini belum dikatakan memiliki peradaban. Benarkah seperti itu?
Kita mulai dari penamaan dahulu, kata "kebudayaan" yang dilekatkan pada kata "Islam" pada pelajaran SKI menuai kontroversial. Pertama, kebudayaan merupakan hasil interaksi manusia dengan sesamanya, sementara Islam merupakan agama yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, kebudayaan mereflesikan masyarakat yang terbelakang, masyarakat yang tak mengenal teknologi serta perkembangan zaman. Dengan demikian, penamaan Sejarah dan Kebudayaan Islam berdasarkan dua masalah tersebut dikatakan belum tepat dikarenakan Islam dalam sejarahnya tidak melulu menggambarkan umatnya mutlak terbelakang.
Kata kebudayaan dan peradaban pun memiliki perbedaan. Kebudayaan atau Culture atau al-Tsaqafah digunakan untuk menggambarkan masyarakat yang ketinggalan perkembangan zaman atau terbelakang. Sedangkan kata Peradaban atau Civilization atau al-Hadharah digunakan untuk merefleksikan masyarakat yang sudah maju, yang sudah memiliki sistem teknologi, seni bangunan, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks. Masyarakat yang sudah maju pun tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan karena kemajuan masyarakat tak mungkin didapat tanpa melalui interaksi mereka dengan sesama dalam merespon tantangan zaman. Namun, kebudayaan maju tersebut dipahami sebagai sebuah peradaban. Jadi, peradaban dipakai untuk menyebut kebudayaan yang sudah maju. Itu berarti kebudayaan bisa saja mencakup peradaban, tetapi tidak selamanya peradaban mencakup kebudayaan sebab kebudayaan sendiri dikategorikan maju dan terbelakang, kebudayaan maju tersebut lah yang disebut peradaban.
Dalam sejarahnya, Islam hadir untuk memperbaiki dan mendorong umat manusia dari keterbelakangan menuju kemajuan, dari jahiliyyah menuju terang benderang, dari yang tidak memanusiakan menuju memanusiakan manusia. Islam, sebagai agama langit menunjukkan kebumiannya dengan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan guna menciptakan peradaban ditengah umat manusia. Saat Islam belum hadir, bangsa Arab dikenal bangsa yang terbelakang. Perzinahan, mabuk, judi, poligami berlebih, poliandri, suka berperang, nikah istibdha', bersolek, mengubur anak perempuan hidup-hidup dianggap normal dan biasa. Karena memang dirinya selalu ditundukkan oleh hawa nafsu sehingga tidak kenal akan kebaikan dan keburukan, selama itu menyenangkan mereka maka selama itu pula mereka lakukan. Kondisi tersebut perlahan-lahan berubah menjadi kondisi yang humanis berkat kehadiran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Kondisi humanis yang dikenal peradaban mengalami puncaknya pada masa klasik tepatnya pada masa Dinasti Abbasiyah yang banyak melahirkan cendekiawan muslim dengan karya hebatnya yang membuat seluruh bangsa menjadikannya sebagai pusat peradaban dunia. Walaupun kejayaan tersebut berubah menjadi kegelapan, namun saat ini umat muslim sedang mengupayakan mengembalikkan kejayaan tersebut. Penguatan nilai-nilai Islam dalam menciptakan teknologi, pemikiran cendekiawan muslim sebagai respon atas perkembangan zaman dan dilakukan upaya progresifitas pengembangan keilmuan Islam merupakan bukti jika saat ini umat muslim melangkahi kebudayaan itu sendiri dengan menciptakan lingkungan peradaban.
Kesimpulan sementaranya berdasarkan uraian tersebut, jika dinamakan SKI melulu akan membawa pada pemahaman historis yang klasik sehingga tidak terserap perkembangan Islam saat ini karena memang dari segi kurikulum pelajaran SKI, yang diajarkan selalu bermula dari kondisi bangsa Arab pra-Islam, lalu kehidupan Nabi Muhammad dan Khulafa al-Rasyidin, kemudian masuk kepada dinasti-dinasti Islam hingga upaya pembaharuan oleh para pembaharu dan sejarah masuknya Islam di Indonesia hingga perkembangannya di negara Asia Tenggara dan Eropa dari segi aspek historisnya/awal masuknya. Sedangkan penggambaran dinamika peradaban Islam saat ini dalam merespon tantangan zaman dan merelevansikan keberadaannya sampai dengan saat ini belum terjelaskan dalam kurikulum karena memang terbatas pada kata kebudayaan. Jika berubah menjadi Sejarah Peradaban Islam (SPI) maka akan banyak dihadirkan keberadaan Islam dalam menciptakan peradaban hingga saat ini sehingga peserta didik mengetahui bagaimana interaksi Islam dengan perkembangan setiap zamannya hingga sekarang ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI