Lihat ke Halaman Asli

Andai Kartini Masih Ada

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Andai hari ini RA Kartini masih ada mungkin dia akan bahagia melihat begitu banyak wanita yang bisa menjadi sarjana. Bahkan bisa lebih dari itu. Ada yang S 2, doktor bahkan professor. Padahal dulu sangat sulit bagi wanita bisa menikmati pendidikan.

Kartini mungkin akan terharu ketika dia tahu banyak wanita yang telah menjadi pejabat publik. Ada yang menjadi bupati, gubernur, anggota dewan bahkan menteri. Padahal dulu wanita tidak dibolehkan menjadi pemimpin bahkan bagi dirinya sendiri.

Dia juga akan bangga jika melihat fakta banyak wanita yang menjadi pekerja atau pengusaha. Sebagian wanita sekarang bisa hidup mandiri secara ekonomi. Tidak lagi tergantung kepada suami atau sanak famili. Padahal dulu wanita hanya bisa berdiam diri di rumahnya yang sepi.

Beliau juga akan tersenyum berseri ketika tahu banyak wanita yang telah mengukir prestasi. Tidak sedikit wanita sekarang ini yang menjadi ahli di bidangnya. Bahkan terkadang mengalahkan kaum pria. Padahal dulu wanita hanya tunduk dan patuh saja.

Tapi….

Andai RA Kartini masih ada mungkin dia akan sedih melihat begitu banyak wanita berpakaian seadanya. Tidak bisa menutupi anggota tubuhnya. Padahal begitu banyak pakaian tersedia dan uang pun mereka punya. Tapi sayang moralitas tidak mereka punya tidak seperti wanita di zamannya.

Kartini mungkin akan membisu melihat sebagian wanita kini hanya menjadi budak nafsu. Mereka korbankan apa saja untuk memenuhi permintaan nafsunya. Ada yang memenuhi nafsunya untuk membeli apa saja. Semua benda kemewahan dunia, jika bisa harus ada di rumah mereka. Padahal masih banyak wanita lainnya yang tidak punya apa-apa.

Dia mungkin akan menangis ketika banyak yang mengaku meneruskan cita-cita Kartini tapi hanya memperjuangkan emansipasi. Wanita harus setara dengan pria katanya. Tapi mereka diam saja melihat wanita memamerkan tubuhnya dan mengatakan ini adalah seni. Sebagian wanita tidak lagi punya harga diri ketika mereka hanya bisa menjual diri.

Beliau bisa jadi akan marah ketika tahu banyak wanita yang meninggalkan rumah. Pergi bekerja tapi melalaikan keluarga. Banyak anak yang tidak mendapatkan kasih sayang orang tuanya karena ibu bapaknya sibuk dengan urusan dunia. Padahal seorang ibu adalah guru yang pertama dan paling utama bagi anak-anaknya.

Kita tidak bisa terus berandai-andai. Kenyataannya RA Kartini telah tiada dan kita tidak bisa menghidupkannya kembali. Kita hanya bisa menghidupkan jiwa dan semangatnya dalam diri kita semua. Kesetaraan pria dan wanita bukan berarti segalanya harus sama. Emansipasi jangan mengorbankan fitrah, kodrat dan harga diri.

Marilah kita berikan wanita semua hak-haknya. Tapi kita juga harus mengingatkan mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya Selamat hari Kartini..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline