Lihat ke Halaman Asli

Faisol

TERVERIFIKASI

Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Perhatikan 5 hal Ini, Jika Hendak Mengajak Anak untuk Nonton Film Horor

Diperbarui: 7 Agustus 2022   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi film horor, sumber : kompas.com

"Menjaga kesehatan mental anak merupakan segalanya bagi orang tua, sehingga mempertimbangkan untuk mengajak anak ikut nonton film yang bergenre horor, perlu untuk dipikirkan kembali, sebab harus diukur dengan usia dan kesehatan mental anak, ketika hendak mengajak anak ikut nonton film bergenre horor"

Genre film horor memang cukup digandrungi saat ini, seperti film KKN di desa Penari yang sampai tembus 10.000 penonton saat tayang di bioskop.

Film bergenre horor bagi masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi, meski film horor yang digarap seorang sutradara itu tidak lepas terinspirasi dari kehidupan nyata dan budaya masyarakat.

Hal-hal yang berbau magic, bagi masyarakat Indonesia memang sudah menjadi kebiasaan, masing-masing disukai masyarakat, hal yang berbau magis ini seakan memang sudah tak terpisahkan, makanya kemudian film yang berbau horor sangat melekat dan cukup digandrungi.

Selain film KKN Didesa penari, saat ini lagi hangat-hangatnya film bergenre horor yang berjudul "Pengabdi setan 2". Film tersebut viral dan menyita perhatian masyarakat, sehingga banyaknya masyarakat yang penasaran terhadap film tersebut, dan menjadikan film bergenre horor itu juga meledak dipasaran.

Persoalannya bagaimana dengan anak yang masih belum cukup usianya untuk melihat film bergenre horor tersebut ? Disinilah 5 hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua, ketika anak dibawah umur ikut serta melihat film bergenre horor.

Pertama : Memperhatikan kesehatan mental anak 

Menjadi perhatian kita bersama, ketika anak dibawah umur ikut serta melihat film yang bergenre horor, bisa berdampak buruk, terutama pada kesehatan mental.

Mengapa mentalitas yang perlu diperhatikan? Karena anak yang masih dalam kategori dibawah umur, yang seakan belum bisa membedakan mana yang real dan mana yang fiksi.

Begitu pun anak melihat film bergenre horor, yang seakan terlihat real, padahal fiksi. Disinilah kekhawatirannya bahwa apa yang dilihat, dirasakan, akan di implementasikan kedalam dunia nyata, sehingga apa yang dilihat di film bisa di tiru oleh anak di dunia nyata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline