Lihat ke Halaman Asli

Faisol

TERVERIFIKASI

Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Buku Kosong, Temen Terjujur dan Terindah

Diperbarui: 17 Mei 2021   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : www.kamarbaca.com

 "Ketika membuka dan membaca bait demi bait dari buku kosong yang penuh dengan coreran hati, lalu kemudian senyum itu mengembang, teringat akan sebuah kenangan". Faisol 

Tahun 2000-an dengan jaman sekarang, mungkin perubahan dan pergeserannya sangat jauh sekali, jika dahulu kala buku selalu menjadi teman dan selalu di genggam untuk menuliskan sebuah cerita yang sangat indah pada waktunya, berbeda dengan saat ini, anak-anak sudah kurang begitu akrab dengan buku, sebab gadget menjadi kesukaan dan kesenangan yang terkadang menjadikan anak lupa akan waktu.

Buku kosong yang penuh dengan coretan itu, kita ke kenal dengan diary. Ya diary dari lembaran kertas kosong, lalu kemudian tertulis curhatan hati, tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, serta banyak kejadian lainnya yang sangat menarik, dan sifatnya sangat rahasia karena tidak pernah di umbar ke publik, kecuali pada teman yang sudah sangat dipercaya. Berbeda dengan era kekinian, dengan munculnya medsos, diary itu hanya menjadi catatan kusam dan pajangan yang jarang untuk ditemui, kecuali hanya untuk melihat kenangan manis yang tertulis di dalamnya.

Buku kosong yang teramat jujur sebagai tempat berkeluh kesah dalam rangkaian kata, tersusun menjadi kalimat, dan menjadi bait, hanya bisa dikonsumsi secara pribadi, dan teman yang paling dekat di hati. 

Mungkin saja catatan si buku kosong masih belum bisa tersusun dengan rapi, serta maksud dan tujuannya hanya bisa dimengerti oleh penulisnya, tetapi justru itu menjadi kenangan indah yang tergores dengan pena bisu, tanpa suara, hanya dentuman jiwa yang muncul menjadi sebuah kalimat.

Mungkin saja buku kosong yang populer bernama Diary itu, sangat tertutup bagi khalayak umum, namun menyimpan ribuan cerita dan kenangan, seakan dengan goresan pena yang terucap dengan kata-kata masih sangat jelas tergambar dalam memori, dikala kita membaca kembali kisah tersebut.

Buku diary yang sudah kusam itu, dikala penulis masih memasuki usia remaja, dimana usia puber yang penuh dengan pergolakan jiwa dan pemikiran sehingga teman paling jujur dan terindah hanyalah diary.

Mengapa harus di tulis pada buku kosong bernama Diary?

Karakter anak atau seseorang itu memang di kategorikan dalam dua macam secara umum, apakah seseorang tersebut bersifat introvert atau ekstrovert. Bagi karakter ekstrovert seperti penulis kacangan kayak saya ini, tempat curhat paling indah memanglah diary. Buku kosong yang menjadi coretan cerita mulai dari kisah bahagia sampai kisah yang di penuhi air mata, justru diary-lah yang menampungnya, tanpa ada keluh kesah darinya dikala diary itu dipenuhi dengan coretan.

Senyum itu kembali mengembang, dikala bait-bait yang sudah kusam itu di baca kembali, umurnya yang sudah puluhan tahun masih tersimpan rapi di almari. Ribuan kenangan yang dirasakan, masih tergores jelas dalam diary sebagai catatan perjalanan hidup yang penuh kenangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline