Menulis itu sebenarnya sudah hobi sejak di bangku SMA, dimana masa-masa yang tak terlupakan itu acapkali terukir dalam sebuah tulisan, baik fiksi maupun non-fiksi. Masa dimana waktu belajar menulis yang kemudian menjadi satu kesukaan, dan pada akhirnya menjadi hobi.
Di Kompasiana sebenarnya sudah sejak kisaran tahun 2014-2016 yang lalu masih sempat menulis, walau pada akhirnya harus vakum menulis di Kompasiana, karena ada tempat berbeda untuk mencurahkan tulisan, tetapi beberapa waktu yang lalu tepatnya pada pertengahan bulan ramadhan, iseng aja coba buka akun Kompasiana, dan menariknya ada program Samber THR Kompasiana, karena memang sudah lama tidak mengikuti, yang kemudian saya tergugah kembali untuk mengeluarkan apa yang ada di pikiran untuk disebarkan supaya lebih bermanfaat dan bermakna, karena di Kompasiana sudah ribuan, bahkan jutaan akun yang menjadi kompasianer dari latar belakang yang berbeda-beda, dan saling berbagi tulisan dan gagasannya di ruang ini.
Samber THR Kompasiana, disamping menawarkan jutaan hadiah berupa uang dan emas sebagai satu konsekuensi untuk menarik pembaca dan penulis, hakekatnya bukanlah itu yang kemudian dikejar, tetapi Kompasiana sebagai ruang untuk mengoreksi diri, dan kualitas gagasan untuk disampaikan ke khalayak ramai.
Sebagai ruang gagasan yang tertuang dalam tulisan, ruang berdiskusi, ruang silaturrahmi antar kompasianer, dan ruang untuk menilai kualitas dan conten yang kita urai, menjadi salah satu semangat untuk menulis kembali setelah beberapa tahun vakum.
Penulis memang baru pertengahan bulan ramadhan ini, mencoba mengaktifkan diri menulis kembali, dengan tujuan untuk mengasah kembali bobot dari tulisan yang dimiliki, sebagai salah satu konstruksi membangun gagasan, sesuai denga arahan dari Kompasiana. Hal tersebut memang salah satu trik dari admin Kompasiana untuk menggugah para penulis cerita santai selama bulan Ramadhan.
Tentu suka dan duka ikut menulis di Samber THR kompasiana, memanglah ada, dimana sukanya, dan dimana pula dukanya?
Mungkin saja seluruh kompasianer yang aktif memiliki peraspektif yang berbeda-beda, dan tentu memiliki gagasan yang sangat beragam dengan tema yang sudah di tentukan selama bulan ramadhan, dan perbedaan tersebut merupakan kekayaan intelektual para kompasianer, yang tertuang dalam ayat-ayat tulisan.
Menulis sebagai sebuah hobi, memang menjadi kebahagian tersendiro dikala bisa berbagi manfaat bagi sesama, apalagi di program Samber THR kompasiana, lebih menarik lagi untuk adu gagasan, danelihay sebuah persoalan dari berbagai perspektif baik terinspirasi dengan tulisan dan gagasan para kompasianer, maupun tulisan yang muncul dari pengalaman masing-masing penulis.
Sementara disisi yang lain, tentu saja ada aspek yang tidak mengenakkan, dimana tulisan itu setelah berulang kali dibaca dan dikoreksi oleh penulis kurang begitu diminati untuk dibaca, sebab masih sangat minim gagasan yang mencerahkan dan masih terkesan sangat hambar untuk dikonsumsi oleh khalayak banyak.
Disinilah sebenarnya suka-duka ikut samber THR Kompasiana, menjadi sebuah tolak ukur mengenai gagasan yang tertuang dalam tulisan. Namun secara umum tidak bisa penulis pungkiri bahwa mengeluarkan ide dan gagasan cemerlang itu butuh waktu dan latihan yang Istiqomah, sehingga denga banyak membaca dan menulis, menjadi bekal untuk melahirkan ide-ide cemerlang dalam rangka ikut serta dalam menebar kabaikan di bulan yang suci.
Oleh karenanya ikutan samber THR Kompasiana, sebagai salah satu upaya menghidupkan gagasan baru, menuju hari yang Fitri dengan kondisi baru, dan keinginan yang baru pula tentunya, menuju kemenangan yang hakiki. Meski ada suka dan dukanya ikut samber THR Kompasiana, namun keduanya menjadi nikmat yang indah di bulan yang suci, semoga pembaca dan kompasianer juga merasakan hal yang senada. Amin