Sumber foto: www.risalah-wordpress.com
Anak merupakan harta yang tidak bisa dinilai dengan apapun, dan anak terlahir dengan suci, bahkan anak diibaratkan kain yang putih nan bersih, artinya ia terlahir dengan begitu polosnya tanpa ada noda dalam dirinya walau sedikitpun. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, anak itu sangat bergantung dari situasi dan kondisi dimana lingkungannya berada, serta bagaimana orang tua berupaya untuk mendidik anak itu sesuai dengan minat, bakat, dan kompetensinya.
Jika anak itu di ibaratkan kain yang putih nan polos, maka anak sangat bergantung pada pendidikan keluarga, apakah anak itu akan di lukis dengan coretan yang tidak memiliki bentuk, atau justru anak itu akan diukur, laksana pengukir yang menggoreskan tinta di kain yang polos menjadi sebuah lukisan yang indah dan sedap tuk di pandang.
Dalam konstek mendidik dan mengajarkan anak terutama dalam hal ibadah, maka sebagai orang tua ataupun guru harus memberikan contoh yang baik (uswatus Hasanah), kenapa harus dengan contoh yang baik, karena anak merupakan menciplak, atau peniru yang paling canggih. Apapun anak sangat mampu meniru apa yang ia loha, apa yang ia dengar, dan apa yang ia rasakan.
Seperti apa yang di Sandakan oleh Baginda. Nabi Besar Muhammad SAW, "tuntutlah ilmu walau ke negeri China". Apa maksud dan isyaroh tersebut bahwa hakekatnya menuntut ilmu pengetahuan itu haruslah dicari dengan seluas-luasnya, sehingga dengan pemahaman ilmu yang luas akan menjadikan seorang anak pada akhirnya menjadi lebih bijak dalam menyikapi berbagai macam persoalan hidup.
Disamping hadis tersebut diatas, Nabi juga menekankan, bahwasanya orang mencari ilmu itu, dimulai sejak dari buain ibu sampai pada liang lahat,. Artinya apa, bahwaencari ilmu sesungguhnya merupakan kewajiban bagi ummat manusia untuk menjadi cahaya atau penerang dalam setiap perjalanan kehidupan ini.
Sumber foto: www.walpaperlist.com
Hakekatnya mengajari anak untuk mengabdi dan beribadah pada yang maha kuasa, tidak hanya pada momentum bulan ramadhan saja, namun hal tersebut sudah harus di biasakan setiap hari dalam lingkungan keluarga.
Sebagai orang tua, terutama bagi ummat muslim, merupakan kewajiban untuk mengajari anak untuk ikut beribadah dan membiasakan untuk melaksanakannya, baik ibadah yang bersifat wajib maupun yang Sunnah muakkad, seperti sholat taraweh, dengan konsepsi tidak harus menekan anak untuk mengikuti sepenuhnya, artinya juga harus di sesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki anak itu sendiri, sesuai dengan umur anak.
Orang tua berkewajiban memberikan contoh yang baik, menyampaikannya dengan Uswatun Hasanah, dengan tujuan supaya anak mampu meniru apa yang ia lihat pada orang tua tersebut, sehingga dengan sendirinya anak itu akan mengikuti gerakan yang dilakukan oleh orang tuanya.
Adapun momentum di bulan suci ramadhan ini, anak juga bisa di ajari untuk melaksanakan ibadah puasa, mulai dari niat puasa, kemudian melaksanakannya meski kuatnya hanya 6 jam saja, atau hanya setengah hari saja, dan orang tua masih belum mempunyai kewajiban untuk menekan anak yang memang umurnya masih belum ballig. Berapa umur yang sudah di anggap balliq, jumhur ulama menetapkan umur yang sudah balliq mulai dari umur 9 tahun keatas, maka orang tua juga sudah harus mengajarkan anak untuk beribadah puasa sehari penuh.