Sumber : www.lapan6online.com
Di sebuah desa terpencil hidulah seorang kakek renta yang terus berjuang dengan hati nurani dan atas nama kemanusiaan, meski orang-orang disekitarnya mengatakan gila, tidak waras, dan tidak masuk akal, namun jalan yang ditempuhnya menjadikan ia orang yang mulia, baik dimata manusia, masyarakat secara umum, dan kepada alam semesta.
Si Mbah, taruhlah namanya "Sadiman" nama yang sebenarnya, kakek pejuang lingkungan yang mencintai alam semesta di daerahnya. Sadiman, seorang kakek dengan penghasilan menjual rumput di pasar untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, namun dari hasilnya maenjual rumput, si Mbah sadiman masih bisa menyisakan uangnya untuk membeli bibit pohon Beringin untuk di tanam di hutan yang mulai gundul, akibat ulah manusia.
Si Mbah memantabkan hati dan keyakinan, memutuskan untuk berjuang memperbaiki lingkungan, demi kemaslahatan ummat atau masyarakat di daerah Wonogiri-Jawa Tengah. Ia telah mengorbankan pikiran, tenaga, harta benda, demi anak-cucu, dan masyarakat, yang acapkali kekurangan air di musim kemarau, akibat Gunung Gendol di Wonogiri, mulai Gundul.
Dengan berbekal keyakinan, semangat, Si Mbah kurang lebih 20 tahun terus melakukan upaya penanaman pohon beringin di daerah tersebut, dengan area lahan milik Perhutani, seluas 100 hektar dengan seorang diri, tanpa ada bantuan dari siapapun, termasuk pemerintah untuk menyalurkan bibit pohon.
Cita-cita si mbah hanya bertujuan untuk masyarakat sejahtera tanpa kekurangan mata air di daerah itu, meski musim kemarau sekalipun, karena si mbah yakin, dengan sumber mata air yang cukup akan membuat masyarakat sejahtera.
Dibawah ini adalah suatu tembang yang di nyanyikan oleh si Mbah, tepatnya pada 1 April 2016, di Talk Show Kick Andy.
Kulo Budidoyo korban tenogo, korban bondo, demi negoro tanpa roso, malah onok seng godo, wong seng seneng, wong seng ente, podo ngerasaake banyune, malah nyalur menyang nang omahe dewe-dewe, penghijauan gede nemmuake jeneng dewe, adem, ayem arane, loro-loro calon dadi wisata teng masyarakate, tujuane rakyat jadi mulyane, lan sejahtera
Artinya : Saya membudidayakan mengorbankan tenaga, dan harta benda, demo Negara tanpa pamrih, walaupun ada yang mengganggu, orang yang mendukung dan yang menentang, semua merasakan airnya, bahkan disalurkan kerumahnya masing-masing, penghijauan besar di buatkan namanya sendiri, "hutan adem ayem namanya" kedua-duanya untuk menjadi sebuah wisata bagi masyarakatnya, tujuannya untuk membuat rakyat sejahtera.
Si Mbah bukanlah orang kaya harta-benda, tetapi ia memiliki kekayaan hati yang luar biasa, dan menjadi contoh bagi generasi muda saat ini. prinsip si Mbah sama halnya dengan prinsip seperti ini "Sekali hidup, maka hiduplah yang berarti, setelah itu pasti mati". Jika Gajah mati meninggalkan Gadingnya, harimau mati meninggalkan taringnya, dan manusia mati akan meninggalkan nama besarnya. Inilah yang terjadi pada Si Mbah, seorang kakek yang sudah lanjut usia, tetap Istiqomah dengan perjuangannya, yakni menghijaukan hutan untuk Kepentingan ummat manusia., sehingga masyarakat di sekitarnya tidak lagi kekurangan sumber mata air, meski di musim kemarau sekalipun.