Lihat ke Halaman Asli

Dari Angan Jadi Kenangan

Diperbarui: 5 Juni 2024   00:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu pas kecil suka dan hanya bisa menggambar gunung dengan pemandangan sawah, jalan, dan rumah rumahnya, kalau sekarang suka mendaki gunung?

Ku kira dulu mendaki gunung hanya bisa ku lihat dari media sosial saja dan hanya jadi angan belaka, namun ternyata kesempatan itu ada. Tiga puncak gunung telah menerima diri ini yang akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menapaki puncak puncak gunung tersebut. Hal yang dulu masih menjadi angan belaka, saat ini ternyata telah menjadi suatu cerita bahwa pendakian merupakan hal mampu membuat banyak kesan, tiga gunung telah menjadi saksi bisu perjalanan hidup ini, menjadi tempat pelarian, menenangkan pikiran, mencari tantangan, dan tempat tersendiri untuk suatu arti kebahagiaan. 

Alam mampu memberikan apa yang kita inginkan,  namun terkadang kita justru lupa bahwa alam juga membutuhkan kita manusia, hingga pada saatnya alam tak sesuai dengan apa yang kita inginkan kita kesal dengan apa yang ada di alam, kesadaran akan hal tersebut datang seiring berjalannya beberapa kesempatan kemarin untuk menyusuri alam bumi. Alam bukan suatu hal yang dapat dengan mudah ditebak, saat kemarin berkesempatan mendaki gunung untuk membersamai alam raya bervibrasi, ternyata memang benar bahwa alam itu tidak bisa di tebak, di kaki gunung cerah di atas gunung tidak tau akan terjadi apa dan bagaimana, dan ternyata kabut menampakkan diri, atau bahkan awan mendung dengan rintikan air hujan yang turun dari langit membasahi jaket atau tenda kala malam bertenda di camp. Begitulah alam, mampu memberikan kesan dan pesan bagi kita manusia, memberikan pelajaran, memberikan kehidupan, memberikan cerita dan makna, serta memberikan misteri juga.

Seperti halnya orang orang yang diberi kesempatan untuk pernah mendaki ketika ditanya oleh orang yang belum pernah mendaki, "ngapain mendaki gunung?" "gimana rasanya mendaki gunung?", entah jawaban seperti apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut, diri ini belum mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan yakin mengenai pertanyaan tersebut, namun masing masing orang setidaknya ada hal atau apapun itu yang mampu menggerakkan diri untuk mendaki gunung dengan segala hal yang ada dan dapat terjadi selama perjalanan tersebut, entah itu karena kecintaannya, tugas, ekspedisi, atau hanya memang karena ingin saja. 

Dulu keinginan ku mendaki gunung muncul ketika menonton Ekspedisi Atap Negeri dari Fiersa Besari yang mendaki gunung gunung di 33 provinsi di Indonedia, dan kini diri ini telah mampu menuntaskan kesempatan yang telah tuhan berikan untuk menjelajahi alam bumi ciptaannya. Memang masih gunung gunung yang belum sevariatif dalam Ekspedisi Atap Negeri milik Fiersa Besari, namun tetap saja diri ini bangga dengan hal apa yang telah dilakukan. Gunung Andong, Gunung Api Purba Nglanggeran, dan Gunung Sumbing, menjadi tiga gunung yang telah mengijinkan puncaknya untuk didatangi dalam perjalanan yang saya lakukan.

Dari Gunung Andong sebagai langkah awal, meninggalkan cerita yang cukup berarti, dimana dalam perjalanan pendakian pertama saya tersebut saya memilih untuk mendaki gunung sendiri, dan cerita  serta sejarah pun tercipta dalam perjalanan hidup ini. Pada perjalanan pertama tersebutlah juga terbuktinya mengenai perkataan bahwa alam tidak bisa di tebak terbukti, tak disangka selama perjalanan dari bawah sampai puncak di sinari matahari yang cerah, namun ketika di puncak kabut turun. Setelah sampai di Pucak Alap-Alap, saya lanjut menuju Puncak Andong di ketinggian 1.726 Mdpl, dari Puncak Alap-Alap menuju Puncak Andong akan melewati jalur jalan yang tak lebar, dimana di samping kanan kiri sudah jurang, jalur jalan ini di sebut Jembatan Setan. Setelah melewati Jembatan Setan yang mana ditambah juga kabut yang turun, akhirnya sampailah di Puncak Andong, puncak gunung pertama di pendakian gunung pertama dalam hidup. 

Namun sayang sekali ketika di puncak kabut turun, namun tak apa juga, karena masih diberi kesempatan untuk dapat sampai ke puncak. Sejatinya pendakian gunung tak hanya soal puncak dan pemandangan indah di puncak ketika momen-momen tertentu, dimana ketika kita berjalan menyusuri jalur pun termasuk dalam bagian keseruan pendakian gunung. Pendakian awal biasanya akan menentukan bagaimana selanjutnya, apakah kapok dan tidak akan mendaki gunung lagi, atau justru hal tersebut adalah hal yang akan menjadikan kita untuk terus bertekad melakukan pendakian.

Sedangkan dari Gunung Api Purba Nglanggeran dan Gunung Sumbing yang menjadi pendakian gunung kedua dan ketiga, suatu hal yang berbeda telah didaptakan dari perjalanan tersebut, berbeda dengan pendakian pertama yang dilakukan hanya sendiri, pada pendakian kedua dan ketiga di Gunung Api Purba Nglanggeran serta Gunung Sumbing, pendakian tersebut ada teman teman yang membersamai perjalanan. Untuk sekarang, ada hal yang cukup relevan dengan pendakian kedua dan ketiga saya, ada pernah saya melihat video di sosial media tentang pendakian gunung, ada orang yang berkata bahwa ketika kita sudah sering mendaki gunung, bukan gunung lagi yang kita cari, tapi suasana dan kebersamaan dengan orang orang yang ada membersamai dalam perjalanan tersebut yang dapat menjadi alasan atau hal untuk mendaki gunung lagi. 

Meskipun memang diri ini belum sering dan belum banyak pengalam melakukan perjalanan pendakian, namun rasa rindu terhadap suasana dan kebersamaan dengan orang orang yang membersamai dalam perjalanan timbul saat ini, hingga keinginan untuk mendaki gunung lagi muncul dan ingin lagi melakukan hal tersebut. Semoga tuhan dan alam memberikan kesempatan lagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline