Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Muhaimin Azzet

Penulis, blogger, dan editor buku.

Mengatasi Anak Bermasalah

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setiap orangtua pasti berharap agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Betapa bahagianya apabila anaknya ketika masih bayi tidak rewel, mudah beradaptasi ketika diajak berkunjung ke rumah saudara atau kenalan, apabila disapa keluarga tersenyum atau bahkan langsung tertawa, tidak susah makan, atau tidak buang air besar dan kecil (termasuk mengompol) sembarang waktu dan tempat. Alangkah bahagianya para orangtua apabila anak-anaknya yang sudah menginjak usia sekolah dapat bersekolah dengan baik, bisa bangun pagi-pagi, tidak bermasalah dengan teman-temannya, rajin belajar, tidak suka berbohong, sopan, suka menolong, patuh kepada orangtua dan guru, apalagi rajin pula beribadah.

Namun, apabila anak tumbuh dan berkembang tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya, susah makan, rewel, mudah memberontak, atau kalau sang anak sudah mulai besar ia suka berbohong, mencuri, menakali teman, atau malas belajar, tidak jarang orangtua kebingungan bagaimana cara mengatasinya. Ketika sekali atau dua kali orangtua menasihati anaknya dan anaknya tetap tidak berubah, tak sedikit pula orangtua yang justru memarahi anaknya, memberikan hukuman, atau bahkan memukul sang anak. Ketika keadaan sudah begini, tidak banyak dari orangtua yang bisa berpikir dengan tenang untuk mencari jawab mengapa anaknya menjadi bermasalah.

Anak bermasalah yang dimaksudkan di sini adalah anak yang mempunyai perilaku tidak sesuai dengan keinginan atau harapan orangtua yang berkesesuaian dengan nilai-nilai yang dianut oleh orangtua, keluarga, atau bahkan lingkungan. Di dalam menangani anak bermasalah apakah dibenarkan melalui cara, misalnya, memarahi anak, mengurung anak, atau bahkan memukulinya? Sudah tentu, cara-cara tersebut tidak dapat dibenarkan, di samping termasuk “kejahatan terhadap anak”, cara tersebut juga tidak efektif untuk mengubah perilaku anak bermasalah menjadi baik. Jika memang berubah menjadi baik, perubahan yang terjadi akan menyimpan kesan buruk dalam diri anak, atau perubahan itu tidak berlangsung lama karena tidak berangkat dari sebuah kesadaran.

Ada seorang anak yang suka mengambil uang orangtuanya secara diam-diam (mencuri) untuk tambahan jajannya atau untuk bermain game online di warnet (warung internet) dekat rumah. Pada saat orangtuanya mengetahui bahwa yang mencuri uangnya adalah anaknya sendiri, maka sang orangtua memarahi habis-habisan sang anak, bahkan memukulnya. Untuk beberapa waktu sang anak anak memang jera dan tidak mau mencuri lagi karena takut kepada orangtuanya. Namun, apakah perilaku bermasalah anaknya selesai begitu saja? Ternyata, sang anak beralih untuk mengambil uang temannya. Hal ini bisa terjadi barngkali sang anak berpikir jika mengambil uang temannya lebih aman karena temannya tidak segalak orangtuanya ketika marah.

Ada pula seorang anak yang mempunyai kebiasaan makan banyak. Orangtuanya memarahinya dengan sangat karena sang orangtua tidak menginginkan anaknya semakin bertambah berat badannya. Sang anak memang telah mengalami berat badan yang berlebih alias kegemukan. Di depan orangtua, sang anak memang makan secara normal sebagaimana kebiasaan keluarga, yakni sehari makan sebanyak tiga kali. Namun, ketika orangtuanya tidak di rumah atau ketika orangtuanya sedang tidak melihatnya, sang anak mencuri-curi makanan (di rumahnya sendiri) dengan memakanya secara cepat sebagaimana orang yang sudah tiga hari tidak makan. Hal ini dilakukan sang anak agar dapat menyelesaikan makan sesegera mungkin dan tidak ketahuan orangtuanya.

Dari dua contoh di atas, cara yang dilakukan orangtua dalam mengatasi anaknya yang bermasalah ternyata tidak efektif. Sang anak memang menuruti apa yang menjadi harapan orangtuanya, akan tetapi tidak berangkat dari kesadarannya. Sang anak berubah karena takut kepada orangtuanya yang memarahinya, membentaknya, atau bahkan memukulnya. Menurut sebagian pemahaman para orangtua kita di zaman dahulu, cara seperti ini adalah cara yang paling efektif, katanya. Tetapi, satu hal yang harus diakui, cara seperti ini akan meninggalkan kesan yang menakutkan pada diri sang anak. Bila sudah begini, ada hal yang terkebiri pada diri sang anak, baik itu potensi, kemerdekaan, atau bahkan sang anak malah belajar kekerasan dan kehilangan rasa kasih sayang dalam dirinya.

Ada tiga prasyarat yang harus dipenuhi oleh setiap orangtua agar dapat mengatasi anaknya yang sedang bermasalah secara efektif, yakni:

1. Bersikap Tenang

Orangtua yang panik atau malah kebingungan tidak akan bisa menyelesaikan masalah yang terjadi pada anaknya dengan baik. Kepanikan ini biasanya terjadi ketika sang orangtua tiba-tiba melihat sebuah kenyataan bahwa anaknya ternyata bermasalah. Sungguh, sang orangtua tidak menyangka sebelumnya akan ada kejadian yang tidak diinginkan menimpa anaknya. Di sinilah dibutuhkan ketenangan agar dapat mengurai masalah dengan baik dan mencari jalan keluarnya.

2. Berbuat Sepenuh Kasih dan Sayang

Hal yang paling penting di dalam mengatasi anak yang bermasalah adalah berbuat sepenuh kasih dan sayang. Rasa kasih dan sayang ini hendaknya mendasari setiap langkah yang ditempuh oleh orangtua dalam mengatasi anaknya yang bermasalah. Jadi, bukan karena rasa malu, demi kehormatan keluarga, apalagi didorong oleh kemarahan tertentu.

3. Memahami Anak Sebagai Pribadi yang Berkembang

Memahami anak sebagai pribadi yang berkembang yang dimaksudkan di sini adalah setiap anak mempunyai tahapan demi tahapan dalam berkembang. Sudah tentu, tahapan perkembangan anak sangat berbeda dengan cara berpikir dan memahami segala sesuatu yang dimiliki orangtuanya. Dalam hal ini, orangtua tidak bisa memaksakan kehendak terhadap anaknya agar mengikuti cara berpikir dan memahami sesuatu sebagaimana orangtuanya. Jika memang orangtuanya menghendaki sang anak melakukan apa yang menjadi harapannya hendaknya disesuaikan dengan tahapan perkembangan sang anak.

Demikianlah tiga prasyarat yang harus dimiliki orangtua ketika akan mengatasi masalah yang terjadi pada anaknya. Mengatasi masalah yang satu dengan yang lainnya tidak jarang dibutuhkan pendekatan yang berbeda karena jenis dan penyebab masalahnya pun berbeda. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi segenap orangtua agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara menyenangkan dan sesuai dengan harapan orangtua dan keluarga. []

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline