Lihat ke Halaman Asli

kang an

belajar

Pendidikan Tidak Boleh "Menjadi Hakim"

Diperbarui: 13 Februari 2023   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah topik yang takpernah usang untuh diperbincangkan, mulai dilihat dari sisi filsafat, hisory, sampai perkembangannya. Kalau Kita mau mengingat, Ki Hadjar Dewantara membangun penjelasannya tentang pendidikan di atas dua konsep besar, yakni apa yang disebutnya sebagai "kodrat" dan "iradat". 

Kodrat, adalah keadaan alamiah pemberian alam, sementara iradat adalah upaya manusia untuk memberikan kualitas pada pemberian alam tersebut, sehingga dari waktu ke waktu keadaan alamiah pemberian alam tersebut menjadi berkembang. Upaya iradat, menurutnya ada dua, yakni upaya melalui spiritualisme dan materialisme.

Spiritualisme menyangkut nilai-nilai batiniah dan kesadaran transendental, sementara materialisme menyangkut nilai-nilai ragawi kasat mata. Kedua upaya tersebut, pada ujungnya melahirkan suatu keadaan yang disebutnya sebagai adab, yakni keadaan tertib, indah, dan baik. 

Keadaan inilah yang selanjutnya oleh Ki Hadjar Dewantara melahirkan apa yang disebutnya sebagai kebudayaan dalam pengertiannya yang sangat luas, mencakup seluruh bidang kehidupan manusia mulai dari politik, ekonomi, hukum, adat, teknologi, kesenian, bahasa, dan cakupan lainnya.

Dalam kerangka penjelasan mengenai kaitan erat antara adab dan kebudayaan tersebut di atas, maka "Pendidikan" sungguh memiliki posisi sentral dalam segitiga hubungan tersebut. Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, memiliki "Misi Iradat", baik iradat spiritualisme maupun iradat materialisme. Pendidikan, memiliki kapasitas daya ubah yang luar biasa pada manusia. Daya ubah inilah yang disebutnya sebagai iradat.

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, selalu menyasar pada tiga perubahan besar kodrat manusia yakni "Cipta, Rasa, dan Karsa", yang akan dibawanya ke depan dari keadaannya yang alamiah menjadi adaptif terhadap perkembangan dan perluasan konteks ruang dan waktu. 

Dengan demikian, pendidikan harus diselenggarakan di atas kesadaran yang tinggi. Tanpa adanya kesadaran yang tinggi, maka pendidikan tidak akan pernah mengubah manusia menjadi masyarakat adab, melainkan sekedar mencetak kumpulan manusia pintar saja, yang berorientasi hanya ke dalam dirinya saja.

Karena pendidikan sangat  mentukan perubahan, maka pendidikan sudah selayaknya berkembang dengan pesat  dan fleksibel, pendidikan tidak boleh lagi "menjadi hakim"  atas kemampuan seseorang, di mana kemampuan seseorang diukur menggunakan ukuran yang sangat subjektif. Ruang-ruang pendidikan harus ramah untuk siapapun, dimana di tempat itu banyak orang mengekspresikan kemampuannya, tanpa takut di cemooh apa lagi di hakimi, justru di ruang pendidikan itulah mereka harus mendapatkan bimbingan atas  kemampuannya agar mencapai apa yang ia dambakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline