Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Arief Fauzan

Mahasiswa UIN sunan Kalijaga Yogyakarta (20107030038)

Pengaruh Toxic Relationship pada Kesehatan Mental Remaja

Diperbarui: 29 Juni 2021   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : Malangvoice.com

Hubungan asmara atau percintaan memang sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan remaja, karena mulai tertarik pada lawan jenis alias jatuh cinta menandakan bahwa dia sedang memasuki masa transisi dari masa kanak-kanak menuju usia remaja. Memasuki masa pubertas remaja sudah mulai memikirkan penampilan fisik, gaya pakaian, lingkungan pertemanan, perubahan emosi dan psikis yang tidak beraturan. Nah, salah satunya adalah jatuh cinta.

Tetapi jatuh cinta kerap kali menimbulkan banyak perubahan pada diri seseorang. Dampaknya bisa posotif tetapi bisa juga negatif tergantung bagaimana cara menyikapinya. Membangun hubungan harmonis dengan orang lain membutuhkan kerja sama yang baik antara kedua belah pihak. Lumrah apabila suatu hubungan sesekali menemui batu sandungan berupa perkelahian atau tidak sepakat pada suatu hal. Namun, ada kalanya hubungan bermasalah membuat salah satu pihak merasa tertekan dan terancam.

Toxic relationship atau hubungan beracun adalah istilah untuk menggambarkan suatu hubungan tidak sehat yang dapat berdampak buruk bagi keadaan fisik maupun mental seseorang. suatu hubungan yang dijalani oleh dua orang tapi salah satu dari mereka ada yang merasa tidak adil dalam hubungan ini, misalnya merasa dikekang, ditekan, atau disakiti sehingga sangat berpengaruh pada psikis dan mental dari salah satunya itu. Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka sedang terjebak dalam toxic relationship. Inilah mengapa toxic relationship tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Karena selain dapat menurunkan harga diri, kondisi ini bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, depresi.  Namun banyak sekali remaja yang terjebak dalam toxic relationship secara sadar tetapi sulit untuk mengakhirinya.

Berikut ciri ciri toxic relationship yang sering terjadi :

  • Sulit menjadi diri sendiri Karena terlalu sering dikekang, kamu tidak dapat menjadi diri sendiri. Kamu akan bersikap seperti apa yang dia inginkan meskipun tidak sesuai dengan jati diri kamu. Bahkan, untuk sekadar berpendapat saja kamu bisa sampai berpikir berkali-kali karena takut apa yang kamu ucapkan menjadi kesalahan di mata dia
  • Menerima kekerasan secara verbal atau nonverbal Selain kekerasan verbal, suatu hubungan dikatakan toxic jika sudah ada kekerasan fisik di dalamnya. Pasangan yang tidak sehat secara emosional sering kali akan main tangan jika terjadi perselisihan dalam hubungan.
  • Selalu dicemburui. Dalam hubungan antar pasangan sebenarnya cemburu merupakan reaksi yang wajar.  Tetapi jika berlebihan atau membuat pasangan merasa tertekan.

Orang yang terjebak dalam toxic relationship berpotensi kehilangan rasa percaya diri dan kebahagiaan. Hal ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental maupun fisik. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk mengenali tanda-tanda toxic relationship dan segera mengambil keputusan yang tepat jika itu terjadi pada hubunganmu. Meski cemburu bersifat alami dan kerap mendera perasaan dengan kuat dan tidak terkendali, namun bukan berarti Anda harus menderita karenanya. Melalui upaya komunikasi secara terbuka dan senantiasa meningkatkan kualitas diri, maka hal tersebut bisa membuat kita bangkit sehingga tidak tenggelam oleh genangan kecemburuan atau iri hati.

 Efek buruk rasa cemburu lainnya adalah kemungkinannya untuk berubah menjadi perasaan posesif, rasa tidak percaya, dan rendah diri. Padahal, kebanyakan sumber kecemburuan sebenarnya tidak semenakutkan yang dikhawatirkan. Namun karena tidak dikelola dengan baik, maka yang terjadi kemudian adalah menyiksa dan mencaci-maki diri sendiri, serta cenderung tidak puas dengan diri sendiri.Banyak cara keluar dari toxic relationship tetapi menerapkannya atau mempraktikannya yang tidak mudah. 

Cobalah temui orang-orang yang menurutmu positif, beberapa saat setelahnya temuilah orang-orang toxic dalam hubunganmu. Apakah kamu melihat perbedaan yang jelas?Dari situlah akan timbul kesadaran bahwa kamu berada pada posisi yang merugikan diri sendiri.Luangkan waktu untuk mengidentifikasi tentang orang-orang yang toxic dalam hidupmu dengan merenungkannya beberapa saat. Gunakan hati, pikiran dan kesadaranmu dengan sepenuhnya untuk mempertimbangkan apa yang terbaik untuk mengatasi ini. 

Terkadang kita sibuk mencari solusi kesana kemari, namun ternyata solusinya ada di dalam diri kita sendiri. Sebab pada akhirnya, hanya dirimu sendiri yang tahu tentang apa dampak baik dan buruk yang dibawa orang lain ke dalam hidupmu. Jadi jujurlah pada diri sendiri dan mulai bertindak. Keluar dari toxic relationship tidaklah mudah. Namun, ingat bahwa kamu harus mencintai dirimu sendiri dan memikirkan kehidupanmu di masa depan. Sebesar apa pun rasa sayangmu terhadap pasanganmu, percayalah bahwa kamu pantas untuk bersama dengan orang yang bisa menghargai, menghormati, dan menyayangimu dengan tulus tanpa harus menjadikanmu oranglain.

Jika kamu terjebak dalam toxic relationship dan merasa kesulitan untuk keluar dari hubungan tersebut, cobalah mintabantuan orang lain yang kamu percayai.seperti teman dekat, sahabat, dan keluarga. Bila perlu, cobalah berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan saran yang terbaik agar kamu bisa mengatasi atau mengakhiri hubungan beracun ini. Karena kesehtan mental itu sangat penting karena peran nya sangat besar dan pengaruhnya sangat terlihat pada kehidupan sehari-hari.Hal ini sangatlah menganggu dalam kehidupan maka dari itu sebisa mungkin kita harus menghilangkan seperti itu. Bila sudah berkonsultasi itu tidak mendapatkan feedback terhadap diri kita maka mencoba untuk mencoba hal lain seperti meditasi. Meditasi merupakan suatu metode untuk menangkan perihal -- perihal tekanan dalam diri kita biasa nya ketika sudah meditasi diri lebih tenang dalam perihal bathin maupun dhorhir. Sembari berkomunikasi dengan diri sendiri, beriintropersi, mengakui kesalahan --  kesalahan. Demi mendapatkan kehidupan lebih baik.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline