Ada yang masih ingat kejadian meninggalnya Markis Kido tahun 2021?
Markis Kido adalah mantan pemain pelatnas bulutangkis yang pernah menjuarai olimpiade 2008. Kido yang sedang bermain bulutangkis di Gor Candra Wijaya tiba-tiba terjatuh dan pingsan.
Kido segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Namun sayang, sampai di rumah sakit Kido dinyatakan telah meninggal karena mengalami henti jantung dan henti napas.
Ada banyak kejadian henti jantung dan henti napas yang sebenarnya berpotensi terjadi di sekitar kita. Kejadian terbaru adalah menimpa Andi Pallawagau Galigo, peserta lari Half Maraton di Makasar yang meninggal pada Juni 2024. Andi sempat mendapat BHD di ambulans saat menuju rumah sakit. Namun Andi dinyatakan meninggal karena henti jantung.
Lalu, apa itu BHD? BHD atau Bantuan Hidup Dasar merupakan suatu upaya untuk memberikan pertolongan pada seseorang yang mengalami henti jantung dan henti napas untuk dapat mempertahankan kehidupannya. BHD dikenal pula dengan istilah RJP atau Resusitasi Jantung Paru.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lazzarin dan koleganya pada 2022, tindakan BHD dapat meningkatkan peluang hidup hingga 16,2% pada orang dengan usia di bawah 70 tahun dan 12,4% pada orang dengan usia di atas 70 tahun.
Selain itu, dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Clinical Medicine tersebut, diketahui bahwa persentase kejadian henti jantung di dalam rumah sakit adalah 22%. Sedangkan 15% peristiwa henti jantung terjadi di luar rumah sakit.
Tujuan BHD
Pada umumnya, seseorang yang mengalami henti jantung secara otomatis akan mengalami henti napas. Napas yang berhenti membuat suplai oksigen di dalam tubuh berkurang. Selama jantung berhenti maka tidak akan ada darah yang dipompa ke otak. Sehingga tidak akan ada pula suplai oksigen ke otak.
Semakin dini BHD dilakukan maka kemungkinan terjadinya kerusakan pada sel otak akan semakin kecil. Sel otak akan mengalami kematian jika dalam waktu lebih dari 4 menit dalam kondisi kekurangan oksigen.