Perayaan detik-detik pergantian tahun, baru saja berlalu. Saya menikmatinya sambil menulis di rumah saja. Seperti biasa suara kembang api yang mengangkasa menemani tengah malam di penghujung tahun sekaligus menyambut tahun baru.
Selamat datang 2024, "Assalamualaikum". Riuh dan meriah di beberapa jalanan kota yang merayakannya. Termasuk di Ibu kota Jakarta. Katanya sih, "Biar kayak kota-kota besar lainnya".
Setelah begitu senang dan gembiranya, mereka pulang begitu saja. Seakan bisa say goodby pada setiap masalah yang dibuat di tahun lalu.
Yang berhutang kepada teman tetap harus dilunasi. Kredit rumah atau mobil baru tetap harus dicicil dan tidak akan lunas begitu saja usai tahun berganti.
Tahun baru harusnya disambut dengan kesadaran baru. Namun, ini tahun baru masih saja tidak sadar diri. Sebanyak 130 ton sampah dihasilkan pasca perayaan tahun baru di Jakarta.
Lalu dengan santainya ada yang berucap, "Hei Bung, itu kan sudah ada pasukan oranye dari dinas lingkungan hidup. Mereka kan di gaji untuk membersihkan sampah."
Jika semua masyarakat kita semua berpikirnya seperti yang berucap di atas, maka Indonesia Emas 2045 adalah mimpi semata.
Indonesia emas 2045 akan sulit dicapai, jika setiap mengawali tahun orang-orang tidak memiliki kesadaran dan kepedulian membuang sampah pada tempatnya. Meski orang tersebut orang cerdas dan punya banyak potensi.
Hal semacam ini sepertinya menjadi tradisi. Saya temui juga ketika saya lari jam 5 pagi di sekitar jalanan Pasar Minggu. Ketika berlari, selalu saja saya temui sampah yang dibuang seenaknya oleh orang di titik-titik tertentu jalanan tersebut.