Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Solikhin

Biotechnologist

Dialog Batin Nyamuk Wolbachia

Diperbarui: 30 November 2023   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aedes aegypti Wolbachia (sumber: annual report WMP 2022)


Ada 3 tulisan tentang nyamuk Wolbachia yang telah penulis publikasikan di Kompasiana. Tiga tulisan tersebut diantaranya: Teknologi Nyamuk Wolbachia, Misinformasi Nyamuk Wolbachia, dan Menengok Nyamuk Wolbachia di Singapura.

Kebetulan untuk tulisan dengan judul Menengok Nyamuk Wolbachia di Singapura berhasil menjadi salah satu headline di Kompasiana. Terimakasih penulis ucapkan kepada tim editor Kompasiana, capaian itu merupakan hadiah sebulan penulis bergabung dengan Kompasiana. Inspirasi tulisan tersebut adalah konten youtube Ibu Siti Fadilah Supari.

Sebagaimana hukum III Newton yang berbuyi, "Setiap gaya aksi maka akan menimbulkan gaya reaksi yang sama besarnya, tetapi arahnya berlawanan". Begitu pula penulis, kali ini penulis mencoba mencurahkan isi hati melalui tulisan sebagai bentuk reaksi atas konten youtube Ibu Siti yang berjudul, "Apa Kata Ilmuwan tentang Penyebaran Nyamuk Wolbachia".

Pada konten tersebut Ibu Siti mengundang Dr. Ir. R Kun Wardana A.MT. Perkenalan awal disampaikan bahwa Dr. Kun adalah seorang pegiat nyamuk Wolbachia, pengamat nyamuk yang mumpuni, memiliki data lengkap tentang nyamuk baik nasional maupun internasional.

Penulis penasaran lalu melakukan pencarian di google. Informasi yang penulis dapatkan, Dr. Kun adalah seorang dosen Teknik Elektro di Institut Sains dan Teknologi Nasional. Pendidikan S1 di Universitas Trisakti, S2 di Universitas Indonesia dan S3 di Institut Teknologi Bandung. Cukup dan penulis tidak kepo lebih lanjut.

Tulisan kali ini akan penulis sajikan dalam bentuk komentar atas beberapa pernyataan dari Dr. Kun di dalam konten youtube tersebut. Penulis menegaskan, tulisan ini tidak bermaksud mediskriditkan orang lain. Penulis hanya menyampaikan dialog batin atau opini reaksi atas opini aksi yang disampaikan oleh narasumber dalam konten tersebut.

Pernyataan 1:

"..pada tahun 2022, kematian karena dangue mencapai 1014, dibandingkan jumlah penduduk Indonesia relatif kecil, dibandingkan kasus kecelakaan lalu lintas, bunuh diri, pembunuhan, diabetes dan karidovaskuler sangat kecil.." (menit ke 3.10)

Komentar 1:

Pernyataan tersebut membahas data Incident Rate (IR) dan Case Fatality Rate (CFR) DBD di Indonesia yang disampaikan Kemenkes pada laporan tahun 2022. Kesimpulan data dari kemenkes tersebut adalah selama 50 tahun kebelakang IR fluktuatif namun menunjukan trend kenaikan kasus dengan CFR/tingkat kematian yang rendah, dibawah 1%. Maka tepat Kemenkes dalam laporan tersebut tetap menyatakan beban dangue semakin meningkat di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline