Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Sugiarto

guru IPA MTsN Batu

Belajar dari Pensil: Pantang Menyerah dan Meninggalkan Jejak yang Baik

Diperbarui: 16 November 2024   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WA Copilot

Pensil, benda sederhana yang kita gunakan sehari-hari untuk menulis dan menggambar, memiliki banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik. Meskipun kecil dan sering dianggap remeh, pensil memiliki filosofi mendalam yang bisa menginspirasi kita, terutama bagi mereka yang berjuang di jalur kebaikan, seperti penyuluh anti-korupsi dan guru. Berikut adalah pelajaran hidup yang bisa kita pelajari dari pensil yang selalu bersemangat, pantang menyerah, dan meninggalkan jejak yang baik.

1. Pensil Adalah Media, Kita Adalah Pelaku

Pensil hanya menjadi alat, media yang digunakan untuk menulis, menggambar, dan mencatat. Namun, pensil tidak bisa bergerak atau membuat jejaknya sendiri tanpa ada tangan yang memegangnya. Tangan itu dipandu oleh otak, yang terhubung dengan pengalaman, pengetahuan, dan pancaindra kita. Hal ini mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan, kita hanyalah alat atau media untuk melaksanakan takdir yang telah digariskan oleh Allah. Allah yang membimbing kita, memberikan petunjuk dan jalan, sementara kita sebagai manusia diberi kebebasan untuk bertindak dengan menggunakan akal dan hati yang diberikan-Nya.

Sebagai guru, penyuluh anti-korupsi, kita adalah media untuk menyampaikan pesan-pesan moral, integritas, dan kebenaran kepada masyarakat. Kita tidak bisa bergerak tanpa adanya dorongan dari Allah dan pengetahuan yang kita miliki. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengikuti petunjuk-Nya dan tetap berusaha menyampaikan kebaikan.

2. Pensil Perlu Diraut: Belajar dari Kekeliruan

Pensil yang digunakan terus-menerus akan semakin tumpul dan kurang efektif. Maka, pensil perlu diraut agar tetap tajam dan siap digunakan. Proses meraut pensil ini menjadi pengingat bahwa kita, sebagai manusia, juga perlu melakukan introspeksi diri. Ketika kita merasa tumpul atau melakukan kesalahan, kita harus belajar untuk mengoreksi diri, memperbaiki kekurangan, dan menjadi lebih baik. Kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan adalah bagian dari proses belajar yang harus diterima dengan lapang dada.

Sebagai guru, penyuluh anti-korupsi, kita mungkin juga melakukan kesalahan dalam perjalanan kita, tetapi hal itu tidak berarti kita harus berhenti. Justru, kita perlu merenung, memperbaiki diri, dan melanjutkan perjuangan dengan hati yang lebih lapang dan pikiran yang lebih jernih. Proses “meraut” ini adalah simbol penting dalam pengembangan diri kita.

3. Pensil Memiliki Pasangan Penghapus: Kesempatan untuk Memperbaiki Kesalahan

Pensil dan penghapus memiliki fungsi yang berbeda namun erat kaitannya. Pensil menulis atau menggambar, sementara penghapus digunakan untuk memperbaiki kesalahan. Dalam hidup, kita tidak lepas dari kesalahan, dan seperti pensil yang memiliki penghapus, kita diberikan kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Penghapus tidak menghilangkan seluruh tulisan, tetapi hanya bagian yang salah, untuk memberikan ruang bagi perbaikan.

Sebagai guru, penyuluh anti-korupsi, kita harus ingat bahwa setiap kesalahan bisa diperbaiki. Ada kesempatan untuk bertobat, belajar dari kesalahan, dan menulis lembaran kebaikan. Kita pun harus mengajarkan masyarakat bahwa dalam hidup, tidak ada kata terlambat untuk berubah dan memperbaiki diri, selama kita memiliki niat yang baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline