Lihat ke Halaman Asli

Akhmad Sugiarto

guru IPA MTsN Batu

Menghadapi Tantangan Pendidikan Modern Melalui Deep Learning dan Pembinaan Karakter

Diperbarui: 14 November 2024   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Pribadi

Pendidikan menghadapi tantangan serius di era saat ini: gelar, kelulusan, dan akreditasi formal semakin tidak cukup untuk menjamin kompetensi, kesiapan kerja, atau mutu lulusan. Banyak penelitian dan pendapat pakar yang mendukung perlunya perubahan mendasar dalam pendekatan pendidikan, agar lulusan benar-benar memiliki keterampilan dan karakter yang relevan dalam dunia nyata.

1. Tantangan Era Modern: Mengapa Gelar, Kelulusan, dan Akreditasi Tidak Menjamin Kompetensi?

Menurut laporan dari World Economic Forum (WEF), hanya sekitar 42% dari lulusan perguruan tinggi di dunia yang dianggap siap untuk bekerja dalam bidang yang relevan dengan jurusan mereka. Hal ini mengindikasikan adanya kesenjangan antara pendidikan formal dan tuntutan kompetensi di lapanganat ini juga didukung oleh Tony Wagner, seorang pakar pendidikan dari Harvard University, yang menyatakan bahwa banyak institusi pendidikan cenderung berfokus pada hafalan dan pengulangan informasi daripada pengembangan keterampilan kritis yang dibutuhkan di dunia kerja. Menurut Wagner, institusi pendidikan perlu berfokus pada pengembangan 21st-century skills yang mencakup pemikiran kritis, kolaborasi, dan kreativitas .

Data onal Center for Education Statistics (NCES)* di Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari lulusan perguruan tinggi membutuhkan pelatihan tambahan untuk memenuhi standar kompetensi di bidang pekerjaan mereka . Hal ini menandasistem pendidikan global, termasuk di Indonesia, perlu memperbarui pendekatannya.

2. Deep Learning sebagai Jawaban untuk Pendidikan yang Lebih Relevan

Deep learning berfokus pada pembelajaran mendalam dan bermakna, di mana siswa diajarkan untuk memahami konsep secara mendalam, mengaitkan materi dengan pengalaman nyata, dan terlibat secara aktif. Ini berbeda dengan pembelajaran dangkal (surface learning) yang hanya menekankan hafalan atau pengulangan informasi.

Menurut Benjamin Bloom, pakar pendidikan yang mengembangkan Bloom’s Taxonomy, pembelajaran yang efektif terjadi ketika siswa tidak hanya menghafal tetapi juga memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta berdasarkan materi yang mereka pelajari . Dengan pendekatan ini, dng melibatkan siswa dalam proses yang lebih bermakna dan memotivasi mereka untuk berpikir kritis dan reflektif.

Beberapa komponen utama dari deep learning yang dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan meliputi:

  • Mindful Learning (Pembelajaran dengan Kesadaran Penuh)
    Mindful learning mengajarkan siswa untuk tetap fokus dan sadar dalam proses belajar. Menurut Ellen Langer, seorang psikolog dari Harvard University yang memperkenalkan konsep mindfulness dalam pendidikan, siswa yang lebih mindful akan lebih termotivasi untuk belajar dan lebih mampu mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata mereka . Mindful learning dapat diterapkanproject-based learning*, di mana siswa terlibat dalam proyek nyata yang menantang mereka untuk menyelesaikan masalah di lingkungan sekitar, seperti isu lingkungan atau kesehatan.

  • Meaningful Learning (Pembelajaran yang Bermakna)
    Meaningful learning menekankan pentingnya relevansi materi pelajaran dengan kehidupan nyata. Ausubel, seorang psikolog pendidikan yang mengembangkan teori pembelajaran bermakna, mengatakan bahwa siswa lebih mungkin untuk mengingat dan menerapkan materi yang mereka anggap relevan . Misalnya, melalui proyek eco enzyme atau tioteknologi sederhana, siswa belajar bahwa pengetahuan yang mereka miliki memiliki dampak positif langsung pada lingkungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline