Sinar mentari selalu menyinari alam, membuat perpohonan terbangun dari tidurnya, burung-burung mulai berterbangan dengan kepakkan sayap yang indah,suara burung-burung ikut menyuarakan kicauan indah yang menghiasi langit-langit hutan yang berkabut alami, kekuatan untuk memberikan kehidupan adalah kekuasaan Allah yang maha Esa, kebahagian dan tetesan air mata itu semua adalah Qudrah-Nya.
Tapi tahukah kau wahai makhluk fana kita manusia memiliki tanggung jawab yang luar biasa, kita hidup bukan untuk meneteskan air mata duka, tetesan air mata disaat kita mampu menjadi sang pemimpin bagi dunia, terharu dan bahagia saat secuil tindakan yang diharapkan membawa gerakan manfaat bagi setiap insan, itulah orang-orang yang bermoral dan memilki keistimewaan.
Tunduk dan patuh pada perubahan itu bukanlah kesengsaraan namun itu adalah harapan untuk sebuah pengorbanan, terbiasa dengan kedisiplinan adalah bekal untuk masa depan, bangsa yang besar akan tak tergoyahkan dengan pribumi yang setia pada keyakinan iman, undang-undang yang menjadi pegangan, pancasila yang menjadi harapan orang awam maupun intelektual, ideologis negara yang dirancang oleh para pejuang, kini menjadi harapan.
Setiap sudut dari sabang sampai merauke begitu banyak harapan kecil dan besar, mulai dari sikecil yang haus akan pendidikan sampai sibesar yang mendambakan perkerjaan, menjadi eksekutif bukanlah perkara mudah setiap gerak dan ucapan jangan salah, kebijakan-kebijakan haruslah terarah agar tepat sasaran dan tidak menimbulkan masalah.
Ada DPR yang setia menyampaikan suara untuk negeri, perkataannya berpengaruh terhadap kemakmuran dan kesejahtereaan, aspirasinya bukanlah aspirasi untuk pribadi, penyampaian aspirasi benar-benar diharapkan bukan sekedar datang minum kopi terus pergi tanpa memikirkan apalagi mengutarakan nasib penduduk ini, setiap perubahan diharapkan tentunya perubahan yang dihendaki oleh rakyat indonesia.
Terkadang sebagian mereka terlalu bahagia sehingga lupa dengan amanah yang sudah dibebankan selama periode yang ditetapkan, saat pelantikan mereka rela bersumpah, apakah itu sumpah palsu? Atau hanya formalitas saja, yang jelas kitab suci, dan orang-orang menjadi saksi bahkan bumi pertiwi yang dipijak menjadi saksi bisu atas sumpah yang diungkapkan dengan lisan. Pada saat itu semua terasa alami tidak ada tanda-tanda penghianat negeri.
Namun semua akan terlihat saat mereka menduduki kursi, kita tidak kekurangan orang-orang pintar dan beradab tapi kita masih ada orang-orang yang "rela menebang pohon demi sebuah ranting" lantas kehancuran akan menghampiri jika kepentingan pribadi lebih diutamakan daripada kepentingan bersama, perubahan yang berarti tidak akan terjadi jika masih banyak manusia seperti ini.
Melihat kesudut yang jauh masih ada manusia tua yang rela menanam pohon dia tidak mengharap pujian dan penghormatan apalagi mengharapkan uang, dia hanya menjalankan tugasnya sebagai pemimpin untuk memberikan kesejahteraan, kesegaran oksigen yang dihirup oleh mereka yang membakar hutan, pengambil kebijakan yang menghanguskan kesejahteraan dan orang-orang pemangku kekuasaan yang hambar terhadap kritikan.
Masih ada manusia yang menjadi panutan dia dikelilingi oleh orang-orang yang hampir mati kelaparan, anak-anak yatim piatu yang tak berayah dan beribu, orang tua renta yang mengharapkan kasih sayang, dan orang-orang disabilitas yang mengharapkan kesetaraan. Kita sudah sepatutnya berada disekeliling mereka ataupun membuat kebijakan untuk kesejahteraan mereka, tidak ada yang lebih baik selain tindakan dan ucapan (kebijakan) yang bermanfaat bagi orang lain.
Satu hal yang harus kita ingat sifat manusia yang melekat adalah berubah, namun kita sebagai manusia harus membawa perubahan yang bermanfaat bagi setiap insan karna perubahan yang kita bawa hari ini akan menjadi saksi bahwa kita sudah menjalankan tugas kita sebagai pemimpin di dunia ini. Dengan kebaikan yang kita lakukan tanpa mengharapkan kemashuran dunia namun dikenal penduduk langit menjadi kebaikan abadi, perubahan tidak harus selalu tersiar ditelevisi perubahan dimulai dari diri kita sendiri, maka lakukanlah yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H