Lihat ke Halaman Asli

Akhdan Zulfan R

Mahasiswa Universitas Airlangga

Salah Sasaran Penerima KIPK Menimbulkan Kontroversi

Diperbarui: 10 Juni 2024   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Salah Sasaran Penerima KIPK Menimbulkan Kontroversi

Program Kartu Indonesia Pintar Perguruan Tinggi (KIPK) yang bertujuan untuk menyokong mahasiswa dari keluarga kurang mampu kini menjadi sorotan setelah kasus penerima palsu menjadi sasaran. Kesalahan penyaluran bantuan ini menimbulkan kontroversi dan perdebatan.

KIPK adalah inisiatif pemerintah untuk mendukung mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu agar dapat melanjutkan pendidikan tinggi tanpa terkendala biaya. Program ini seharusnya menjadi jaring pengaman sosial yang efektif, tetapi pelaksanaannya kini dipertanyakan akibat kesalahan sasaran dalam menentukan penerima bantuan.

Dikutip dari KOMPAS.com - Media sosial diramaikan informasi sejumlah mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, diduga tidak tepat sasaran. Penerima KIPK dari Undip diungkap oleh warganet diduga berasal dari ekonomi mampu dan bergaya hidup mewah. Sehingga hal itu dinilai menyalahgunakan bantuan KIPK yang seharusnya diberikan kepada mahasiswa yang tidak mampu.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Kesalahan sasaran dalam penerima bantuan KIPK bisa terjadi karena sejumlah faktor yang melibatkan proses pengumpulan, pengolahan, dan verifikasi data, serta faktor-faktor eksternal yang memengaruhi informasi yang digunakan untuk menentukan kelayakan penerima.

Ketidakakuratan Data: Data yang digunakan untuk menentukan kelayakan penerima bantuan tidak selalu akurat atau mutakhir. Informasi seperti pendapatan keluarga, status pekerjaan, dan kondisi ekonomi sering kali tidak tercatat dengan benar.

Kurangnya Pembaruan Data: Data yang disimpan dalam sistem tidak selalu diperbarui secara berkala. Kondisi ekonomi keluarga dapat berubah dari waktu ke waktu, tetapi jika data tidak diperbarui, hal ini dapat menyebabkan kesenjangan antara informasi yang tersedia dan kondisi aktual keluarga.

Kesalahan Administratif: Kesalahan manusia dalam proses pengumpulan dan pengolahan data dapat terjadi, seperti kesalahan entri data, ketidaktepatan dalam interpretasi informasi, atau kehilangan atau kelalaian dalam mencatat informasi.

Ketidaksempurnaan Sistem Verifikasi: Proses verifikasi data mungkin tidak cukup ketat atau tidak dilakukan dengan cermat, sehingga kesalahan dalam menentukan kelayakan penerima dapat terjadi.

Kondisi Eksternal yang Berubah: Perubahan dalam kondisi ekonomi atau status keluarga, seperti perubahan pendapatan atau status pekerjaan, mungkin tidak terdeteksi atau tidak diperhitungkan dalam penentuan kelayakan penerima.

Ketidakadilan atau Penyalahgunaan: Dalam beberapa kasus, kesalahan sasaran dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang lebih kompleks, seperti ketidakadilan dalam penyaluran bantuan atau penyalahgunaan sistem oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline