Lihat ke Halaman Asli

Akhadia Nilamsari

Ibu Rumah Tangga, Homeschoolers dan Wirausaha

Messi dan Ronaldo

Diperbarui: 23 Februari 2024   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Hal yang kami suka kerjakan tiap makan malam bersama adalah bercerita baik aktivitas hari itu, terkadang pengetahuan baru yang kami dapat ketika belajar atau bekerja, juga cerita-cerita inspiratif. Salah satu yang saya sering dengarkan adalah cerita kehidupan pemain sepak bola yang suka suami saya bagikan kepada anak-anak, bahkan selepas makan mereka bisa lanjut main game sepak bola bersama atau lihat cuplikan pertandingan sepak bola di YouTube karena terdorong oleh cerita tersebut. 

Sambil bermain atau menonton, kecintaan terhadap Lionel Messi sering disebutkan suami saya, bahwa dia tokoh sepak bola yang besar, punya bakat alami, walau punya penyakit kekurangan hormon pertumbuhannya di awal karirnya, kesukaan akan sepakbola tidak pernah melunturkan dia untuk tetap berlatih bermain bola. "Lalu bagaimana dengan Ronaldo?" Tanya mereka. Ayahnya menjawab : "Dia juga pemain sepak bola terbaik dan punya kisah hidup yang berbeda pastinya, walau hidupnya miskin tapi dia tidak menyerah. Karena mereka sama-sama cinta sepak bola, dan giat berlatih membuat mereka menjadi yang terbaik, bahkan bisa jadi Legend dalam dunia sepak bola."

Memiliki atau tidak memiliki bakat alami ternyata tidak punya perbedaan jika tidak ada latihan yang konsisten dari seorang atlet, bahkan kehidupan mereka yang berat tidak pernah bisa menghalangi mereka untuk berjuang, karena dorongan kuat untuk mencapai kesempurnaan dalam kecintaan mereka akan dunia olahraga yang mereka geluti. Refleksi dari cerita kehidupan dua tokoh sepak bola besar ini saya jadikan dorongan untuk anak-anak belajar di rumah. Perjalanan yang perlahan dan terasa lamban tapi konsisten jauh lebih baik daripada perjalanan spektakuler namun tidak konsisten. 

James Clear dalam bukunya Atomic Habits, ditunjukkan dalam grafik bahwa pengaruh kebiasaan kecil berakumulasi sejalan waktu. Misalkan, jika bisa menjadi 1% lebih baik setiap hari, kita akan mendapatkan hasil yang hampir 37 kali lebih baik sesudah 1 tahun. Pengaruh kebiasaan menjadi berlipat-lipat sewaktu kita mengulang-ulang kebiasaan itu. Perubahan yang dihasilkan pada suatu hari tertentu mungkin terkesan kecil, tapi dampak yang terjadi setelah berbulan-bulan dan bertahun-tahun kemudian bisa dahsyat.

Jangan meremehkan latihan harian yang terkesan kecil dan monoton, berpikir jauh ke depan dampaknya dibandingkan "penderitaan" kecil tiap harinya. Saya kembali kepada cerita insipiratif Messi dan Ronaldo ketika anak-anak merasa bosan dan malas dalam keseharian mereka untuk belajar. Messi dan Ronaldo nampak bebas memainkan bola, terasa ringan seperti seorang penari di hamparan rumput hijau. Bagaimana mereka bisa sebegitu bebas dan ringan memainkan bola? Jawabannya tidak pernah bisa dilepaskan dari latihan berat mereka setiap hari, ketekunan dan kegigihan mereka menjadi rahasia terbuka bagi setiap atlet yang ingin berhasil. Tidak ada keberhasilan tanpa disiplin. Disiplin akhirnya membawa seseorang pada kebebasan, terasa ringan, terasa mudah karena sudah ditempa dalam keseharian yang disiplin. Sebaliknya ketidakdisiplinan tidak pernah akan membawa pada kebebasan, tetap terikat pada kemalasan dan keengganan. (ADN)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline