(Bagian 14 dari 25 Tulisan untuk Buku Baru saya yang akan terbit September 2021, GURU HEBAT MAN JADDA WAJADA)
Hampir semua orang termasuk pembicara profesional sekalipun pernah mengalami nervous atau demam panggung. Yang membedakan adalah para pembicara profesional dengan segera bisa mengubah nervous tersebut menjadi energi positif yang membangkitkan daya dobrak presentasi yang akan dilakukan.
Sementara kebanyakan orang, nervous bisa menjadi awal dari sebuah malapetaka: lupa akan urutan slide, kehabisan kata-kata, keringat dingin yang keluar, laptop tidak bisa menyala, projector yang tidak compatible, serta berbagai kesalahan teknis lain yang tidak perlu.
Karenanya, nervous tidak bisa dibiarkan begitu saja, itu harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak berujung menjadi negatif, tetapi berakibat positif.
Pada guru, nervous biasanya terjadi pada saat mengajar. Di saat itulah, perasaan dan mentalitas akan bercampur aduk antara takut, berani, sedih, gembira, dan berbagai perasaan lain yang menyelimutinya.
Nervous adalah sesuatu yang alami dan memang biasa terjadi pada saat seseorang yang mengalami beban mental yang cukup berat untuk menyampaikan sesuatu.
Nervous adalah sesuatu yang wajar, karenanya tidak bisa dibendung. Dan yang bisa hanya mengelolanya dengan mengalihkan energi tersebut.
Nervous bermula dari pikiran, kemudian menjalar ke seluruh anggota tubuh secara mental dan fisik. Karenanya, gejala paling awal dari nervous biasanya adalah kehilangan "akal" yang berakibat pada kehilangan kata-kata dan jalan keluar manakala berbicara tentang sesuatu.
Orang mengalami kekosongan pikiran (blank), atau dalam bahasa komputernya "hang", sehingga otaknya tidak bisa dipakai berpikir.
Hal itu, menyebabkan secara fisik mulai keluar keringat dingin dan nafas yang tidak teratur.