Lihat ke Halaman Asli

Katanya Cinta Abadi…

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tidak seperti biasanya malam ini terasa sunyi dan senyap, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Padahal kota bandung ini merupakan kota besar sama halnya kota Jakarta,yang mana hiruk-pikuk kehidupan siang dan malamnya tiada henti. Roda Kehidupan malam kota bandung begitu GLAMOUR yang selalu disemaraki oleh berbagai kalangan manusia dalam mencari kesenangan duniawi. Sudah tiga hari ini aku berada di kota bandung, dalam rangka mengurusi usaha ekspedisi yang baru ku geluti selama tujuh bulan berjalan. “yah…saat ini begitu terasa hampa jauh dari istri dan anak-anak” gumamku dalam hati. Mungkin ini di sebabkan rasa kangenku kepada mereka, keberadaanku di kota bandung ini bukan yang pertama kali. Dari bulan pertama aku buka cabang ekspedisi di kota ini, aku sudah mondar-mandir Jakarta-bandung. “Tapi kali ini terasa beda ya”bisikku lagi dalam hati. Memang sebelum keberangkatanku ke kota bandung, aku bertengkar kecil dengan istriku yang berakibatkan fatal. Itu sebabkan sebait sms (short message system) dari kawan wanitaku yang telah ia baca. Sebelum ini dia tidak begitu peduli dengan isi–isi sms yang ada di dalam inbox handphoneku. Sepulangnya kami (aku,istri dan ketiga anak-anak) dari pergi belanja rutin bulanan,seperti biasa kami beristirahat sambil bercengkerama dan bercanda dengan anak-anak. Entah kenapa istriku terpancing dengan sebait sms yang masuk ke inbox hpku. Menurut pemikiranku isi sms itu biasa saja, layaknya sebuah sms/kabar dari kawan lama, yang memberitahukan alamat kost-an barunya. Aku tersentak kaget bukan kepalang, saat istriku menanyakan/membahas isi sms itu sambil marah-marah, “siapa sebenarnya NUR itu bi” sentak istriku. “Nur itu teman lama abi sewaktu kerja di kimia farma dulu..Bun” jawabku sambil garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak terasa gatal. Istriku tidak begitu terima dengan penjelasanku, hingga akhirnya terjadi perdebatan sengit di antara kami berdua depan anak-anak. Syukurnya si AA (anakku yang pertama) seakan mengerti dengan kondisi kami, ia ajak adik-adiknya ke atas loteng rumah kami. Kami sangat bersyukur (khususnya aku) kepada Allah SWT dengan di karuniai putra-putri yang cerdas. Padahal… saat-saat kehamilan mereka, kami selalu mengalami ujian-ujian/cobaan hidup. Usia pernikahan kami sudah masuk tahun yang ke sepuluh,yang menurut kebanyakan orangtua merupakan suatu usia yang matang. Beberapa jam kemudian kita berdua menghentikan pertikaian,tapi di antara kita masih saling membisu seribu bahasa. Hari jum’at aku sengaja tidak berangkat ke kantor cabang yang di Jakarta, karena aku berniat ingin mengajak anak-anak yang laki-laki tuk melaksanakan sholat jum’at di masjid Istiqlal. Sepulangnya dari sholat jum’at, aku berbenah persiapan berangkat ke bandung. Ternyata istriku masih mau menlanjutkan pertengkaran kami yang kemarin hari. Yang di awali dengan pecahnya atau di bantingnya vas bunga kesukaan istriku oleh dia sendiri. Aku kaget …”ada apa..Bun” tanyaku kepada istriku. “Ini..saat di bersihkan vas bunga jatuh” jawab istriku cuek. Aku curiga…”pasti ini di bantingnya” lirihku. Aku berniat untuk membereskan vas bunga itu, tapi istriku melarangnya. “Biarin aja ..Bunda bisa kok ngeberesinnya” serunya sedikit berteriak. Bu juju yang membantu cuci-setrika di rumah kami ikut kaget mendengar suara pecahnya vas bunga itu dan berlari kecil menuju sumber suara tersebut,juga menanyakan hal yang sama kepada istriku. Saat bu juju pergi meninggalkan kami, tiba-tiba istriku mengambil pecahan vas bunga tersebut, lalu menorehkan ke lengan kanannya hingga sedikit membuat luka. “Ini akibat dari perbuatan abi sama bunda” lirihnya. “Bunda salah paham, dengar dulu penjelasan abi” seruku tuk menenangkannya. “Udahlah… bunda udah cape bi” sentaknya. “Bunda.. dia tuh bukan siapa-siapa abi, percaya dong” seruku agar bisa menyakinkannya. “Ya ALLAH.. cobaan apa lagi yang akan Engkau berikan” gumamku dalam hati. “Mulai sekarang abi ga usah lagi peduliin bunda dan anak-anak, urus aja selingkuhan abi” teriak istriku.
Aku baru sadar kalau istriku mengira teman yang kirim sms kemarin itu dia sangka perempuan selingkuhanku. Aku terkulai lemas mendengar sangkaannya,sambil merenungi diri. Aku coba berpikir jernih, sepertinya suatu hal yang wajar bila istriku berprasangka negative tentang sms itu. Karena 3 tahun yang lalu dia sempat terluka hatinya akibat perbuatan gilaku, yang menurut ku juga tidak masuk akal kejadian itu bisa menimpa pada diriku. Tahun 2007 yang lalu, aku pernah mendapat tugas seperti layaknya seorang intelejen dari BADAN PEMENANGAN PEMILU salahsatu kandidat PILKADA JAKARTA, saat itu aku sering keluar malam juga sesekali tidak pulang ke rumah. Syukurnya istriku mengerti akan cara-cara kerjaku, yang setiap hari muter-muter ke pelosok-pelosok ,gang-gang, kampung-kampung hingga pinggiran Jakarta untuk mengorek/mendapatkan informasi kekuatan dan kelemahan lawan. Aku harus melakukan infiltrasi ke kubu lawan dengan menjadi pendukungnya,padahal aku memegang prinsip “BERBAUR TAPI TIDAK MELEBUR”. Seiring berjalannya waktu, mungkin karena kondisi serta situasi yang selalu mendukung aku untuk tidak lagi memegang prinsip tersebut. Apalagi aku di tuntut untuk professional dalam menjalankan tugas yang membuat aku harus sama gaya dan tindak-tanduk seperti orang-orang yang aku susupi. Akhirnya aku melebur dengan mereka dalam berbaur, aku jadi berani meninggalkan sholat lima waktu padahal sebelum itu aku paling takut meninggalkannya. “Ya ALLAH.. ampunilah dosa hambaMu ini” bisikku dalam batin. Aku juga berani menghisap rokok, padahal aku pernah berjanji untuk tidak melakukannya. Dengan seringnya aku berani meninggalkan sholat lima waktu, keimananku melempem/melemah. Saat itu aku tidak menyangka bisa terpedaya ajakan/hasutan teman (yang seharusnya aku pegang prinsip) untuk mengikuti tawarannya. Yaitu aktifitas FREETALK (telepon gratis dari jam 12 mlm-05pg sesama operator) yang di adakan salahsatu operator seluler ternama di Negara ini. Seharusnya aku tidak terbawa arus ajakan teman karena aku sudah di bilang sebagai orang tua juga orang berpegang teguh pada prinsip. Sebenarnya program dari seluler tersebut juga bukan suatu yang harus disalahkan, kalau saja aku bisa mengunakannya untuk tujuan positif hasilnya pun akan positif. Beberapa bulan lamanya aku melakukan aktifitas freetalk itu dalam sela-sela tugas intelejenku. Sungguh tidak di sangka dan di nyana, pada salahsatu malam aku freetalk dengan seorang wanita yang sudah aku kenal sebetulnya dan dia istri dari teman baikku sendiri. Temanku itu mengais rezeki di negeri orang sebut saja KAIRO,dia sudah 2 tahun di sana meninggalkan istri serta 2 orang anak. Aku juga kenal baik dengan orangtua dia juga orang tua istrinya. Awalnya aku tidak menyangka kalau dia itu istri dari temanku, karena menurutku tidak mungkin dia mau menerima telepon malam-malam apalagi dari laki-laki yang tidak atau belum dia kenal. Memang sih aku dan dia belum pernah berinteraksi secara langsung, mengobrol tatap muka, jadi mungkin saja awalnya dia tidak mengenali suaraku. Aku juga menghubunginya dengan kondisi privat number,mungkin saja dia tidak tahu yang telepon siapa! Tapi kalau wanita baik-baik tentunya tidak akan mengubris telepon tersebut karena malam-malam/dinihari? Kemudian hari akhirnya dia tahu siapa aku sesungguhnya,awalnya dia merasa malu setelah tahu yang di ajak ngobrol malam-malam itu siapa. Dia berusaha menutupi rasa malunya dengan berkata, “ sebetulnya saya ingin sekali ngobrol-ngobrol sama kamu langsung atau via telepon, tapi gimana caranya?” ujarnya. “Kamukan kelihatannya dingin sama perempuan” kata dia lagi. Memang sih..setelah aku sedikit paham tentanng agama Islam, aku seperti dingin terhadap wanita kalau untuk ngobrol-ngobrol. “Banyak juga yang mau aku tanyakan sama kamu tentang Islam, menurut aku yang bisa bantu kasih jawaban kamu deh” ujar wanita itu via telepon malam di suatu hari.
Aku jawab dengan santai dan tidak pikiran macam-macam dalam benakku saat itu, “selagi aku bisa jawab, ya pasti aku jawab, itupun kalau aku tahu jawabannya”. Telepon-telepon/komunikasi kami terus berlanjut hingga beberapa bulan lamanya.
Sampai suatu hari, aku tidak menyangka juga tidak memulainya, dia mulai curhat tentang kondisi dan keadaan suaminya yang tentunya temanku itu. Saat itu dalam benakku tidak pernah terbersit tentang suatu apapun dari apa yang dia curhatkan kepadaku. Aku santai saja menyikapinya, aku pikir itu suatu hal wajar dari seorang istri/wanita yang di tinggal lama oleh suaminya dan kepada siapa dia harus tumpahkan unek-uneknya. Entah kenapa pikiranku jadi dangkal saat itu, seharusnya dia melakukan curhat kepada wanita juga bukan kepada laki-laki. Hari terus berlalu hingga datangnya bulan baru, pada hari itu dia menghubungi aku siang-siang sekitar jam 2-anlah. Dia minta tolong untuk di antar ke mall pluit untuk beli roti BREADTALK (maaf.. bukan sponsor), kebetulan hari itu tugasku tidak begitu padat. Aku menyangupinya, dalam perjalanan dia bilang,”gw seneng banget bisa jalan ma lo”. “Loh..loh…tumben bahasanya gw nih, biasanya aku kamu….” Seruku sambil focus pandangi jalan. Maklum bisanya Cuma bawa motor. “He..he..he..maaf, abis gw seneng banget sih”ujarnya, “gw kalo seneng gini deh”tambah dia lagi. “Ya udah, terserah deh mau bahasa apa kek” jawabku. Setelah hari itu kami berdua terasa semakin dekat, komunikasi-komunikasi kita semakin berlanjut. Kemudian kita buat kesepakatan salahsatunya dalam hal nama panggilan kita, aku panggil dia mama begitu juga dia panggil aku abi.
Selasa siang jam menunjukan pukul 13.45, aku agak sedikit enggan untuk menyelesaikan pekerjaanku, laporan-laporan rutin yang harusnya aku serahkan besok kepada atasanku. Tiba-tiba ringtones di HPku berbunyi menunjukkan ada sms masuk, aku langsung buka hp dan membacanya,”bi… mama tunggu di hotel kresand jam 2 siang ini”. Aku sedikit kaget dan tidak langsung mempercayainya, “bener apa, ini sms dari dia?” bisikku dalam hati. Aku coba memastikannya dengan membalas sms tadi,”ini bener sms dari mama?”, beberapa menit kemudian dia membalasnya,”bener bi…ini mama, cepetnya? Nanti aja penjelasannya”. Dalam hatiku berbisik,”kebetulan nih lagi ga mood kerja”. Aku segera ijin kepada atasanku dan segera meluncur menuju hotel kresand. Awalnya aku tidak ada pikiran macem-macem tentang pertemuan ini, aku pikir hanya pertemuan biasa sebatas melepas rindu serta kangen semata. Sesampainya di kamar hotel, aku di persilahkan duduk dan langsung di kenalkan dengan temannya yang katanya sengaja memfasilitasi pertemuan ini. Namanya Menkreng, saat itu dia pakai busana yang menurutku tidak sopan. anak-anaknya juga ikut, menurut mereka ini acara ultahnya tante menkreng, mereka mau berenang di hotel ini. Beberapa menit kemudian temannya yang bernama menkreng, mengajak anak-anaknya berenang yang letaknya ada di lantai 7. Kami sengaja di tinggal berdua oleh temannya itu. Kata dia, “menkreng sengaja ngasih fasilitas ini, karena mama kangen banget ma abi, juga kebetulan mama lagi kepengen”. Aku nggak nyambung dengan kata-katanya, “maksudnya apa sih ma?” Tanyaku pada dia. Tanpa basa-basi..dia langsung melucutkan semua busana yang tadi dia kenakan, sampai benar-benar tidak tersisa. Aku kaget bukan kepalang,apalagi dia langsung menubrukku untuk memeluk. Setelah dia berhasil memelukku, dia bisikkan sebait kalimat, “saat ini mama kangen juga rindu banget ma abi, mama kan berikan seluruh tubuh ini untuk abi”. Aku sungguh tidak berdaya untuk menolak dan melepaskan pelukannya, yang akhirnya syetan telah menguasai seluruh jiwaku.
Setelah pertemuan itu hubungan ku dengannya semakin berlanjut, pertemuan demi pertemuan terus terjalin. Yang sungguh mengejutkan di setiap pertemuan kita selalu melakukan hubungan badan layaknya suami istri. Sungguh aku tidak sadar telah terperdaya dan perangkap dalam bujuk rayu syetan. Aku jelas-jelas telah melakukan perbuatan dosa besar. Pastinya tentu mendapat laknat dari seluruh makhluk yang ada di bumi, langit juga ALLAH SWT sebagai Sang KHALIK. Waktu berganti hari, hari berganti bulan, bulan berganti tahun tanpa terasa hubungan gelapku dengan wanita itu yang jelas-jelas istri dari kawanku sudah semakin jauh. Dengan berjalannya waktu, aku banyak mendapat informasi tentang dia, ada yang bilang dia itu wanita beginilah…wanita begitulah…. Dan sebagainya. Juga tambahan informasi yang keluar dari mulut dia sendiri tanpa dia sadari kalau aku suka tanya-tanya. Padahal sedang mengorek-gorek tentang dirinya. Dengan banyaknya informasi, saran dan nasehat yang masuk kepadaku, aku seperti terbangun dari tidur , terhentak dari lamunan serta tersadar dari mimpi. Kalau aku ini sudah terperangkap dan terperdaya oleh rayuan manisnya yang dibalut dengan CINTA dan RINDU. Ternyata juga dia memanfaatkan kedekatanku disaat jauh dari suaminya, karena dia mengidap HYPERSEKS. Tidak aku sangka dia itu wanita hyperseks……..
“Ya ALLAH… telah banyak dosa yang aku perbuat, mungkinkah dosa-dosaku bisa Engkau ampuni..sekalipun aku yakin Engkau Maha Pengampun…?”jerit dalam hati disela-sela do’aku. Setelah aku tersadar dari itu semua, aku berusaha banyak-banyak mengucap istighfar kepada ALLAH SWT,semoga ALLAH menerima taubatku dan mengampuni segala dosa-dosaku. Begitu juga aku meminta maaf yang sebesar-besar kepada istri dan anak-anakku, sekaligus mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada mereka sekalipun aku sebagai suami juga abinya banyak mendholimi serta membohongi, mereka masih mau menerima aku kembali di tengah-tengah mereka. Padahal aku tahu pasti HATI mereka sangat sakit dan mungkin tidak bisa terobati dengan obat apapun.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline