Berapa banyak kita berusaha
Berapa banyak kita berdoa,
Berapa banyak kita berharap kepada Sang Pencipta,
Mungkin itu sekilas yang perlu ditekankan karena kita hanya butiran debu dalam dunia ini. Semua sama dihadapan-Nya. Semua butuh kepada-Nya. Kepada siapa? Kepada siapa lagi jika bukan kepada Allah.
Siapa pemilik kehidupan? Iya hanya Allah yang memiliki. Jangan berusaha untuk meminta kepada sesama karena yang mereka punya hanya titipan dari-Nya. Mengapa kamu bingung untuk berharap kepada siapa? Padahal sudah jelas Dia didekat kita. Sesuai dengan apa yang dikatakan bahwa, "Berdoalah kepadaku, (niscaya) akan Kuperkenankan bagi kalian...". Sehingga, jangan lupa perbanyak berharap kepada-Nya daripada kepada makhluk-Nya.
Apakah kalian tau, berdoa merupakan otak dalam sholat. Jika kalian beribadah, berdoalah, yakinlah akan apa yang kamu panjatkan karena Dia mengikuti prasangka hamba-Nya. Jangan lupa, semua doa yang dipanjatkan bisa berbeda datangnya, bisa itu langsung sekejab, dijawab dengan perantara anak/cucu dll, ataupun ketika kita sudah dipanggil oleh-Nya sebagai investasi. Bisa juga jika memang itu butuh pembuktian apakah kita pantas mendapatkan hal itu, bahkan yang paling ekstrim ditunjukkan kepada hal yang lain yang lebih baik dari apa yang kita harapkan.
Nah, berkaitan dengan hal itu, banyak hal yang bisa kami tunjukkan dari cerita yang pernah kami ketahui dari beberapa orang yang bisa memberikan pencerahan:
1. Ada cerita dimana A dan B ingin masuk STAN, si A ini punya mimpi yang tinggi dimana dia berharap bisa melanjutkan studi disana sedangkan si B biasa-biasa saja karena tdk terlalu ngebet. Ketika tes sudah dilaksanakan dan hasil menunjukkan ternyata A belum seberuntung B. Jadi si B agak keren sedikit, sekolah di tempat impian si A. Sehingga keduanya berpisah, si A melanjutkan kuliah S1 Fak.Eko dan si B sekolah D3 di STAN. Setelah itu, si A tetap berusaha keras untuk belajar dengan baik, mensyukuri apa yg didapat, dengan telaten, rajin, sabar, dan dia mendapatkan nilai terbaiknya di masa akhir studinya. Bagaimana dg si B? Dia lulus D3 namun ada yang mengganjal karena peraturan yg dikeluarkan oleh pemerintah sedangkan si A sudah persiapan untuk skripsi. Di tahun berikutnya, si B sudah bekerja di kemenkeu dan si A lulus S1 serta mencoba melamar pekerjaan di beberapa instansi. Ada yang mengejutkan dari sini, karena saat itu juga ada penerimaan CPNS kemenkeu untuk S1 dan A memberanikan untuk menjajal kemampuannya. A dan B lama tdk kontak, seketika waktu itu, waktu memberikan kesempatan kepada mereka untuk bersua karena si B menghubungi si A untuk menanyakan kabar masing-masing. Ketika ditanya, si A menjawab dengan nada pelan bahwa dia sudah lulus dan sedang mengikuti CPNS kemenkeu, si B mengatakan bahwa dia sudah bekerja di kemenkeu. Tapi si A tidak menyerah, dia memanfaatkan kesempatan kedua yang diberikan oleh Allah. Sedangkan di instansi lain, lamaran yang dia kirimkan mulai berjatuhan. Singkat cerita, tiba-tiba si A mencoba memberikan kabar gembira (inget yaa, bukan kayak iklan yg lagi booming, haha.. kabar gembira.. hsstt fokus lagi) kepada sahabatnya bahwa dia diterima di kemenkeu dg gelar S1-nya sedangkan si B sama bekerja di kemenkeu tp dg gelar D3. Pasti sakit banget, makjleb karena bisa dikatakan posisi sedikit terbalik. See, apakah yang bisa kalian petik? Apa hikmah yang bisa didapat? Silahkan dipikirkan.
2. Kamu tau Regina Indonesian Idol? Dia 7x mencoba untuk ikutan Indonesian Idol tapi selalu gagal. Yang paling menarik, dia tidak mudah menyerah dengan keadaan. Dia yakin bahwa dia bisa. Sampai akhirnya di masa percobaan dia yang ke-8, dia menjadi THE NEXT INDONESIAN IDOL.
3. Kamu tau Novita Dewi X-Factor Indonesia? Kurang lebih dia sama tapi lebih ekstrim, kurang lebih 16 tahun untuk selalu berada di bidang musik sampai akhirnya usahanya, kegigihannya yang mengantarkan dia menjadi runner up XFI.
4. Ingin melanjutkan studi S2/S3 ke luar negeri? Butuh TOEFL, buat essai semenarik mungkin hingga orang kagum ketika membacanya, menginspirasi banyak orang dan lain sebagainya yang dijadikan syarat untuk ikutan. Seorang master yang sudah berkecimpung di dunia mengajar (red.dosen) di kampur ternama, butuh waktu 8 tahun untuk bisa membuktikan dirinya layak untuk mendapat beasiswa studi S3. Tidak hanya itu, ada juga yang membutuhkan 5 tahun dalam penantian untuk bisa berangkat ke luar negeri.
Itu masih beberapa contoh yang mungkin bisa dijadikan pelajaran hidup, bahwa sejatinya semua punya jalannya masing-masing. Semua memiliki takarannya masing-masing. Mau kamu pontang panting jika takaranmu hanya seluas cangkir, tidak akan jadi seluas bak mandi. Begitu juga sebaliknya. Tapi yang menjadi esensi dari semua, bagaimana kita selalu barusaha untuk berdoa, istiqomah, tawakkal atas apa yang kita lakukan. Hidup itu pilihan, jika kamu merasa kamu gagal lantas terpuruk, waktu tidak akan kembali bahkan waktu akan menggilasmu perlahan.
So. Saya pribadi hanya mau menyapa semua yang merasa ikutan USM STAN kemarin, baik yang lulus ataupun belum beruntung lulus di tahap 1. Tetap semangat. Perjalanan masih panjang. Bagi yang lulus tahap 1 masih ada tahap 2 yang bisa membuang beberapa peserta di tahap tersebut. Yang belum beruntung, masih ada rezeki atau bagian lain yang menanti untuk digarap atau mungkin tahun depan jawaban doa itu terjawab. Lakukan yang terbaik untuk apa yang kamu kerjakan. Terimakasih sudah berkenan membaca tulisan saya yang panjang ini. Selamat beraktivitas.
Temukan saya di...
FB ; Twitter ; Personal Blog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H