Toilet sekolah kerap dianggap sepele padahal fasilitas ini menyimpan peran penting sebagai cerminan mutu sekolah. Lebih dari sekadar tempat melepas hajat, toilet sekolah juga merupakan ruang belajar bagi siswa. Disinilah siswa mempraktikkan kebersihan, kedisiplinan, hingga tanggung jawab sosial. Toilet yang representatif dan layak menjadi indikator seberapa serius sebuah satuan pendidikan dalam mendidik tidak hanya secara akademis tetapi juga dalam membangun karakter siswa.
Siswa diajarkan untuk menjaga kebersihan toilet sebagai bagian dari nilai hidup sehari-hari. Toilet yang bersih memotivasi siswa untuk berperilaku bersih pula, baik di sekolah maupun di lingkungan luar. Sebaliknya, toilet yang kotor justru berisiko menjadi tempat penyebaran penyakit sekaligus mencerminkan kurangnya perhatian sekolah terhadap aspek kesehatan dasar.
Toilet yang nyaman dan ramah digunakan oleh semua siswa ---termasuk yang berkebutuhan khusus--- menunjukkan bahwa sekolah tersebut peduli pada hak dan kenyamanan setiap individu.
Hal ini selaras dengan konsep school well-being, yaitu bagaimana sekolah mendukung kesejahteraan fisik dan mental siswa secara menyeluruh.
Oleh karena itu, sekolah wajib memberikan perhatian serius pada kondisi toilet. Investasi dalam fasilitas toilet bukan sekadar soal infrastruktur tetapi juga investasi jangka panjang dalam mencetak generasi yang sehat, disiplin, dan bertanggung jawab.
Jadi, jika ingin menilai kualitas suatu sekolah maka jangan lupa untuk melihat kondisi toiletnya. Karena dari sanalah fondasi pendidikan karakter dan kebersihan siswa mulai dibangun.
Menginspirasi kebiasaan bersih dari toilet sekolah
Di Jepang, fasilitas toilet tidak hanya menjadi tempat kebutuhan dasar tetapi juga wahana pembentukan karakter. Siswa di Jepang sejak dini diajarkan untuk bertanggung jawab membersihkan toilet setelah digunakan.
Hal ini menjadi bagian dari pendidikan karakter yang menanamkan nilai kebersihan dan kepedulian terhadap fasilitas umum. Akhirnya kebiasaan positif ini melekat hingga menjadi budaya nasional yang terlihat di berbagai tempat mulai dari sekolah hingga ruang publik.
Sebaliknya, di Indonesia tantangan ini masih menjadi PR. Sebagian besar sekolah masih bergantung pada tenaga kebersihan untuk menjaga toilet tetap layak pakai. Kebiasaan bertanggung jawab dalam menggunakan toilet belum sepenuhnya dilakukan siswa.
Pendekatan praktis dapat menjadi solusi. Misalnya, melalui kegiatan rutin bersih-bersih toilet dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah.