Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

4 Tips "Survive" bagi Guru Baru

Diperbarui: 19 November 2024   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi guru baru. Adaptasi guru di era digital, perjalanan dan peran untuk masa depan. (SHUTTERSTOCK/MASROB via Kompas.com)

Di tengah banyaknya profesi yang menawarkan gaji besar dan gengsi tinggi, menjadi guru tetap memiliki pesona tersendiri. Meski sering dianggap kurang menggiurkan secara materi, kebahagiaan batin yang datang dari tugas mulia (baca: mengajar dan mendidik) tidak bisa diukur dengan nominal. 

Alasan memilih menjadi guru bukan sekedar profesi, melainkan panggilan hati. Ada rasa bangga ketika melihat murid-murid berkembang, memahami sebuah konsep, atau bahkan sekadar tersenyum karena merasa telah didukung. 

Kebahagiaan seperti ini tidak datang dengan mudah. Sebab hadir dari perjalanan panjang penuh dedikasi dan keikhlasan.  

Akan tetapi, menjadi guru tidak berarti langsung sempurna. Tidak ada guru baru yang sejak hari pertama berdiri di depan kelas sudah mahir dalam segala hal. Guru adalah pembelajar sejati, yang siap untuk terus memperbaiki diri sepanjang waktu. 

Dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada Pasal 8, bahwa kompetensi seorang guru meliputi kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional. Kompetensi ini menjadi fondasi agar guru mampu menjalankan perannya dengan baik.  

Meski demikian, era modern membawa tantangan baru. Kompetensi yang dahulu dianggap sudah cukup untuk bisa menghadapi murid dan situasi dunia pendidikan, kini harus beradaptasi dengan perubahan zaman. 

Terlebih, saat ini banyak guru muda yang bergabung berasal dari Generasi Z, sedangkan murid-murid mereka adalah Generasi Alpha.  

Melansir Kompas.com, Generasi Alpha adalah generasi yang lahir setelah tahun 2010 sampai 2025. Mereka tumbuh di tengah era digital dan akrab dengan teknologi sejak dini. Mereka dianggap cerdas, juga kritis, kreatif, dan memiliki gaya belajar yang unik.  

Sementara itu, guru generasi Z adalah pendidik muda yang tumbuh bersama teknologi, media sosial, dan budaya digital. Meski mereka akrab dengan perkembangan zaman, mengajar generasi Alpha tetap membutuhkan pendekatan khusus.  

Saat ini, di sekolah-sekolah mulai banyak guru muda atau guru gen Z. Termasuk di sekolah kami. Mereka banyak yang masih berstatus honorer. Namun, mereka juga tetap sama-sama harus bisa beradaptasi dan membawakan diri dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline