Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Program Guru Penggerak bagi Guru Agama, dan Jalan Panjang Menuju PPG

Diperbarui: 5 September 2024   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan pengembangan keprofesionalan guru. (foto Akbar Pitopang)

Program Guru Penggerak (PGP) seakan menjadi upaya reformasi pendidikan khususnya pendidik di Indonesia. Dengan semakin banyaknya angkatan yang telah dilahirkan, kini program ini telah memasuki angkatan ke-12, melibatkan ribuan guru dari seluruh penjuru negeri. Namun, meski tampak mengagumkan, tidak semua pihak menyambut program ini dengan tangan terbuka. PPG masih menjadi bahan perdebatan, dimana ada guru yang begitu antusias, dan tak sedikit pula yang masih ragu atau bahkan enggan terlibat.

Pro dan kontra seputar PGP bukanlah tanpa alasan. Di satu sisi, program ini dipandang sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi guru, dua indikator yang selama ini menjadi perhatian utama dalam dunia pendidikan kita. 

Guru diharapkan tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga penggerak yang mampu memotivasi dan menginspirasi siswa. Peningkatan kualitas ini diyakini akan berdampak langsung pada mutu pendidikan secara keseluruhan.

Namun, di sisi lain kritik terhadap PGP juga cukup tajam. Beberapa pihak mempertanyakan efektivitas program ini dalam jangka panjang. 

Ada yang berpendapat bahwa PGP lebih menekankan pada sisi formalitas daripada substansi. Meskipun model pelatihan guru yang diberikan cukup komprehensif, namun penerapannya di lapangan masih perlu diuji lebih jauh. 

Apakah benar guru yang telah mengikuti PGP mampu mengimplementasikan perubahan yang signifikan di sekolah mereka, ataukah ini hanya menjadi beban administratif tambahan?

Daya tarik PGP memang tidak dapat dipungkiri. Banyak ilmu baru yang bisa digali, mulai dari pedagogi, inspirasi untuk berinovasi hingga strategi kepemimpinan guru yang efektif. 

Dibalik itu ada juga insentif/honor yang menjadi magnet bagi banyak guru. Pun, keikutsertaan dalam PGP seringkali dikaitkan dengan peluang menjadi calon Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah. Hal ini tentu saja menjadi daya tarik tersendiri.

Fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan penting, apakah para guru mengikuti PGP semata-mata demi ilmu dan pengembangan diri, ataukah lebih didorong oleh faktor materi dan jenjang karir? 

Hal ini menjadi tantangan bagi penyelenggara PGP untuk memastikan bahwa program ini tetap fokus pada tujuan utamanya, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan, bukan sekadar menjadi batu loncatan menuju posisi yang lebih tinggi.

Salah satu tantangan terbesar dalam PGP adalah mengatasi resistensi/penolakan dari sebagian guru yang merasa program ini terlalu memberatkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline