Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

"Jangan Jadi Guru" dan "Jangan Jadi Dosen", Memangnya Kenapa?

Diperbarui: 16 Juni 2024   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/SUPRIYANTO)

Beberapa waktu yang lalu, media sosial dihebohkan dengan trendingnya tagar #JanganJadiDosen. Fenomena ini membuat saya terbayang juga tentang sebuah sindiran yang tak jauh berbeda, jangan jadi guru. Kedua hal ini mencerminkan rasa keprihatinan dari publik terhadap kondisi para tenaga pendidik mengenai kompleksitas masalah yang dihadapi.

Tidak dapat dipungkiri, profesi guru dan dosen adalah pilar utama dalam membangun generasi penerus bangsa. Namun, seringkali mereka dihadapkan pada berbagai tantangan yang berat, mulai dari beban administrasi yang menumpuk, fasilitas yang kurang memadai, hingga gaji yang tidak sebanding dengan tanggung jawab yang diemban. 

Masalah kesejahteraan menjadi isu krusial. Gaji yang diterima oleh para guru dan dosen seringkali tidak sebanding dengan beban dan tanggung jawab yang harus dipikul. Banyak di antara guru maupun dosen yang harus mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Kondisi ini tentu saja tidak ideal, karena seharusnya para pendidik bisa fokus sepenuhnya pada tugas mengajar tanpa harus memikirkan kesulitan finansial. Ini juga dapat berimbas pada banyaknya tenaga pendidik merasa kurang dihargai dan menjadi (agak) frustasi.

Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)

Tagar keprihatinan jadi pemicu perubahan

Pekerjaan sebagai guru dan dosen sering kali dianggap mulia dan penuh kebanggaan. Namun, dibalik itu semua, terdapat berbagai tantangan yang sering kali tidak terlihat oleh masyarakat umum. 

Mulai dari beban kerja yang sangat kompleks, minimnya penghargaan, hingga tekanan dari berbagai pihak. Ironisnya, upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan para tenaga pendidik masih belum maksimal.

Guru dan dosen harus menghadapi berbagai masalah, baik yang bersifat administratif maupun masalah lainnya. Beban administrasi yang semakin menumpuk sering kali mengalihkan fokus mereka dari tugas utama, yaitu mendidik dan membimbing siswa dan mahasiswa. Selain itu, tuntutan dari orang tua, tekanan dari atasan, serta harapan yang tinggi dari masyarakat juga menambah kompleksitas permasalahan yang dihadapi para pendidik.

Minimnya penghargaan dan dukungan finansial dirasakan banyak guru dan dosen yang merasa bahwa upah yang mereka terima tidak sebanding dengan usaha dan dedikasi yang diberikan. Padahal, mereka berperan penting dalam mencetak generasi penerus bangsa. 

Tidak hanya masalah finansial, dukungan psikologis dan moral juga seringkali minim. Banyak guru dan dosen yang merasa bekerja sendirian tanpa dukungan yang memadai dari pemerintah maupun institusi. Padahal, profesi ini membutuhkan komitmen dan semangat yang tinggi, yang tentunya perlu didukung dengan kondisi kerja yang kondusif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline