Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, baru-baru ini mengusulkan perubahan signifikan dalam program makan siang gratis menjadi makanan bergizi gratis untuk anak sekolah. Ide ini muncul dari kesadaran bahwa sebagian besar sekolah tidak fullday, sehingga program makan siang akan kurang efektif jika dijalankan lantaran di siang hari anak-anak sudah pulang ke rumah.
Sebagai seorang guru SD, saya sepenuhnya mendukung koreksi program ini karena pentingnya memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang baik sejak pagi hari.
Sebelum program ini benar-benar dijalankan, kita perlu memberikan semacam masukan, pengalaman, atau bahkan mengkritisi bila perlu.
Karena dapat diprediksi bahwa program makanan bergizi gratis ini akan membawa segudang tantangan dan kendala-kendala teknis dalam pelaksanaannya.
Agar program makan bergizi ini dapat terealisasi dan tepat sasaran, diperlukan perencanaan yang matang dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan berbagai pihak terkait.
Dengan menu yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak-anak di setiap daerah dan memanfaatkan potensi lokal, program ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi perkembangan dan kesehatan anak-anak Indonesia, serta mendukung UMKM atau pertumbuhan ekonomi lokal.
Dengan langkah-langkah yang tepat, program ini dapat menjadi solusi efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan generasi penerus bangsa.
Pentingnya asupan makanan bergizi bagi anak didik
Program makan bergizi di sekolah dapat memainkan peran penting dalam menunjang kesehatan dan konsentrasi anak-anak selama jam belajar. Sebagai seorang guru SD, saya sering mendapati siswa yang tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Banyak dari mereka yang memilih untuk membeli makanan di kantin saat jam istirahat.
Sayangnya, makanan yang dijual di kantin tidak semuanya sehat, bahkan berbahaya jika dikonsumsi terus-menerus. Karena banyak yang berupa makanan instan buatan pabrik yang mengandung zat-zat kimia berbahaya.