Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Mencari Jalan Aman untuk Study Tour dan Keselamatan Siswa

Diperbarui: 20 Mei 2024   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecelakaan bus pariwisata yang membawa rombongan SMK Lingga Kencana Depok. (Dok. Kemenhub)

Kegiatan study tour telah menjadi tradisi yang melekat dalam dunia pendidikan Indonesia. Bukan sekadar rekreasi, kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar luar kelas yang lebih kontekstual dan menyenangkan. 

Namun, beberapa waktu lalu, kegiatan ini kembali menjadi sorotan publik setelah insiden kecelakaan yang terjadi di Ciater, Subang yang melibatkan rombongan SMK Lingga Kencana, Depok. Tragedi ini menimbulkan perdebatan hangat mengenai keselamatan dan relevansi study tour di masa mendatang.

Kasus kecelakaan ini mengundang simpati sekaligus kritik dari berbagai pihak. Banyak yang mempertanyakan kesiapan dan tanggung jawab penyelenggara dalam memastikan keamanan siswa selama perjalanan. 

Standar operasional prosedur (SOP) yang seharusnya ketat, kadang-kadang diabaikan demi efisiensi biaya dan waktu. Oleh karena itu, wacana untuk memperketat regulasi terkait kegiatan study tour menjadi semakin mendesak.

Di sisi lain, banyak pendidik dan siswa yang menilai bahwa study tour merupakan bagian dari proses belajar. Melalui kegiatan ini, siswa dapat melihat langsung apa yang mereka pelajari di kelas, memperluas wawasan, dan membangun keterampilan. 

Beberapa contoh sukses dari study tour, seperti kunjungan ke situs sejarah, pabrik wirausaha, atau tempat-tempat wisata edukatif lainnya, membuktikan bahwa kegiatan ini bisa sangat bermanfaat jika direncanakan dan dilaksanakan dengan baik.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa ada juga pihak yang berpendapat bahwa risiko yang ada terlalu besar dibandingkan dengan manfaatnya. Insiden kecelakaan ikut pula menjadi bukti nyata bahwa keselamatan siswa harus menjadi prioritas utama. 

Mereka yang kontra terhadap kegiatan ini cenderung mengusulkan alternatif lain, seperti virtual tour atau kegiatan belajar di lingkungan yang lebih terkontrol dan aman.

Perdebatan ini juga menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang tanggung jawab sekolah, penyelenggara tur, atau pemerintah? 

Ada desakan agar pemerintah menetapkan regulasi yang lebih ketat dan memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam kegiatan study tour mematuhi standar keselamatan yang tinggi. 

Termasuk didalamnya mengenai seleksi ketat terhadap transportasi yang digunakan dan pengawasan yang lebih baik selama kegiatan berlangsung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline