Bulan suci Ramadhan dikenal sebagai momen untuk memperdalam spiritualitas dan meningkatkan keimanan. Namun, selain itu di bulan suci ini juga merupakan momen penting untuk merancang strategi finansial yang sehat.
Ironisnya, meskipun kita mungkin mampu menahan lapar dan dahaga, seringkali kita gagal dalam menahan hasrat untuk berbelanja berlebihan yang dapat merusak stabilitas keuangan kita.
Ada sesuatu yang menarik dalam dinamika ini. Mengapa kita mampu mengendalikan emosi dan kebutuhan fisik kita, tetapi seringkali kalah dalam menghadapi godaan untuk berbelanja.
Bisa jadi selama bulan Ramadhan, kita mungkin merasa lebih rentan secara emosional karena perubahan pola makan dan tidur. Ketika kita merasa lelah atau lapar, keputusan finansial kita bisa menjadi kurang rasional.
Inilah mengapa penting untuk memahami dan mengatasi dorongan belanja impulsif selama bulan suci ini.
Salah satu pendekatan yang bisa kita ambil adalah dengan mempraktikkan kesadaran diri (mindset). Ketika kita merasa ingin membeli sesuatu, cobalah untuk bertanya pada diri sendiri: apakah ini keinginan atau kebutuhan?
Dengan lebih memahami dorongan yang seperti apa yang membuat kita ingin berbelanja, kita akan belajar menahan diri dan mengalihkan fokus ke hal-hal yang lebih penting.
Selain itu, kita wajib memiliki rencana keuangan yang jelas selama bulan Ramadhan. Mulailah dengan menetapkan alokasi dan skala prioritas yang spesifik dan realistis.
Apakah itu untuk membeli kebutuhan pokok, membayar hutang/cicilan, berbagi atau berinfak/sedekah, hingga rencana pembelian pernak-pernik lainnya. Dengan memiliki tujuan yang jelas akan membantu kita tetap fokus dan tidak tekor.
Kita perlu membahas anggaran yang sesuai dengan tujuan keuangan kita. Identifikasi pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangi atau dihindari selama bulan Ramadhan, dengan menyeimbangkan antara budgeting dengan keinginan seperti makan di luar atau pembelian barang-barang sekali pakai.