Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Jadilah "Duta Lingkungan Sustainable" Versi Dirimu

Diperbarui: 2 Februari 2024   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemanfaatan sampah botol jadi karya seni. (semua foto milik Akbar Pitopang)

Tatkala pertumbuhan penduduk terjadi sangat pesat, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengelola bonus demografi sebagai kunci terwujudnya lingkungan sustainable. 

Meskipun potensi bonus demografi menjanjikan dampak positif, tantangan lingkungan terus menghantui kita seiring dengan semakin ramainya jumlah penduduk. Permasalahan lingkungan tidak hanya terbatas pada kota-kota besar, namun juga merasuki kawasan pedesaan.

Salah satu contoh nyata terjadi di sekitar kita adalah kebiasaan sembrono dalam membuang sampah. Warga kota seringkali membuang sampah sembarangan, merusak keindahan lingkungan sekitar dan menciptakan polusi visual yang mengganggu. 

Sayangnya, permasalahan ini tidak terbatas pada lingkup urban saja. Desa-desa pun kini menjadi saksi rusaknya lingkungan akibat perilaku warga lokal yang kurang peduli lingkungan. Sampah seringkali dibuang ke sungai atau bahkan dibakar, padahal berbahaya dan mengancam keberlanjutan energi air dan udara.

Ketidakpedulian terhadap lingkungan di tengah masyarakat merupakan ancaman serius terhadap upaya pelestarian alam. Pentingnya edukasi lingkungan tidak boleh diabaikan, terutama ditengah arus urbanisasi yang terus berkembang. 

Pemerintah dan organisasi non-pemerintah perlu bersinergi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam.

Bonus demografi dapat menjadi kekuatan positif jika dikelola dengan bijak. Program-program pengelolaan sampah dan atau kampanye kesadaran lingkungan bisa menjadi langkah awal untuk memperbaiki kondisi saat ini.

Melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, kita dapat menciptakan perubahan positif yang berdampak jangka panjang bagi lingkungan hidup kita. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi teladan dalam mengelola bonus demografi untuk mencapai keberlanjutan lingkungan yang lebih baik.

Masalah lingkungan yang melanda Indonesia memunculkan pertanyaan tentang siapa sebenarnya yang harus bertanggung jawab. 

Apakah tanggung jawab sepenuhnya jatuh kepada pemerintah yang dianggap kurang proaktif dalam kampanye kesadaran peduli sampah?

Ataukah ini adalah kesalahan sistem yang sudah berlangsung lama di negeri ini?

Sejauh mana kita berkontribusi pada tanggung jawab terhadap sampah, pengelolaan limbah domestik, dan keberlanjutan lingkungan? 

Sebelum menyalahkan pihak lain, mungkin saatnya melakukan refleksi dan introspeksi terhadap diri sendiri. Pertanyaan ini penting untuk memahami bahwa setiap individu memiliki peran dalam menjaga kelestarian alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline