Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Menelaah Disinformasi Pengelolaan Kinerja PMM

Diperbarui: 22 Januari 2024   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan KomBel di sekolah menelaah Pengelolaan Kinerja PMM. (koleksi Akbar Pitopang)

Per tanggal 21 Januari 2024 ini, kehadiran Pengelolaan Kinerja di Platform Merdeka Mengajar (PMM), sebuah inovasi baru yang masih menimbulkan kebingungan di kalangan para guru. 

Adalah hal yang wajar jika masih banyak yang belum familiar dengan konsep baru ini, mengingat kehadirannya berpotensi mengubah cara bekerja. 

Dalam kebingungan ini, para guru merasakan kekurangan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak mereka.

Sedikitnya informasi yang beredar semakin memperumit langkah guru-guru yang tengah berusaha memahami Pengelolaan Kinerja PMM. Katanya akan diintegrasikan dengan SKP e-Kinerja dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Guru-guru masih memiliki waktu hingga 31 Januari 2024 untuk menyusun Rencana Hasil Kerja (RHK).

Terkait hal ini, muncul perdebatan di kalangan guru mengenai pro dan kontra terkait Pengelolaan Kinerja PMM. Sebagian melihatnya sebagai "beban", di mana waktu dan energi akan lebih banyak tercurah untuk mengejar sertifikat daripada fokus pada tanggung jawab inti (baca: mengajar) sebagai seorang pendidik. 

Sangat manusiawi untuk merasakan keresahan ini. Namun kenyataannya, guru tetap dihadapkan pada batas waktu yang tak bisa dielakkan. Meski begitu, para guru tidak bisa mengabaikan tenggat waktu yang semakin mendekat. 

Meskipun terasa seperti 'kewajiban' yang tak menyenangkan, inilah kenyataan yang perlu dihadapi. Bahwa tantangan ini sebagai dinamika baru dalam digitalisasi buah penerapan teknologi di dunia pendidikan.

Memang sebagian guru merasa kesulitan, tetapi penting untuk melihat bahwa proses Pengelolaan Kinerja PMM bukan sekadar mengejar sertifikat semata. Melainkan, ini juga bisa menjadi peluang untuk menyesuaikan diri dengan pembaharuan keterampilan dan memperkaya metode pengajaran. 

Dengan kolaborasi antar guru, diskusi/sharing, dan semangat belajar bersama, mungkin saja para pendidik dapat menemukan solusi yang lebih efektif dan memotivasi satu sama lain dalam menghadapi tantangan ini. 

Meskipun proses ini mungkin terasa sulit dan menyulitkan, namun tersimpan potensi untuk merumuskan paradigma baru dalam mengelola kinerja dan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline