Setiap kali kita mendengar tentang kasus kekerasan, bullying, atau penyiksaan yang melibatkan siswa terhadap siswa atau bahkan terhadap guru, hati kita teriris dan terluka.
Ini adalah realitas yang tidak bisa diabaikan. Namun, pertanyaan mendasar yang muncul adalah mengapa fenomena ini semakin merajalela dan semakin jauh dari nilai-nilai dasar yang menjadi landasan pendidikan.
Sudah serasa sangat "lost control" padahal kita yakin bahwa para guru atau tenaga pendidik di seluruh pelosok negeri ini pasti menjalankan fungsi kontrol terhadap perilaku atau karakter siswa agar tetap berada dalam koridor, jauh dari kriminalitas atau segala bentuk kekerasan oleh siswa.
Aksi bullying mungkin sebenarnya sudah terjadi sejak dahulu kala. mungkin sudah terjadi sejak zaman orangtua yang kini anak-anaknya sedang duduk di bangku sekolah. Ketika dulu masih menjadi seorang siswa juga tak luput dari yang namanya bullying terutama kekerasan verbal.
Alasan mengapa perilaku kekerasan dan bullying semakin marak adalah karena adanya perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat kita yang semakin kontras.
Kini sudah terlalu sering kita melihat bagaimana media sosial dengan konten berbahaya dapat mempengaruhi pola pikir dan karakter para anak-anak atau remaja.
Selain itu, ketidaksetaraan sosial dan perbedaan yang semakin menonjol di tengah masyarakat juga dapat memicu kecemburuan sosial yang berakhir dengan ketegangan di antara siswa.
Ya, bullying mungkin sudah terjadi sejak zaman dahulu kala, tetapi hal itu tidak berarti kita harus menerimanya sebagai sesuatu yang tak terelakkan.
Pada hakikatnya, mengatasi perilaku kekerasan dan bullying oleh siswa adalah tugas bersama yang melibatkan seluruh komponen pendidikan, orang tua, dan tentu siswa itu sendiri.
Guru mestinya dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan memastikan bahwa nilai-nilai dasar yang mengedepankan rasa saling hormat dan toleransi tidak terkikis dari hati nurani anak didik ini.
Jangan biarkan hati yang sudah teriris-iris ini menjadi semakin diliputi rasa belasungkawa, tetapi gunakan sebagai motivasi untuk melakukan perubahan yang positif demi masa depan generasi kita.