Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Relevansi Adat Minangkabau Mengkaji Isu Resesi Sex dan Child Free di Indonesia

Diperbarui: 8 Februari 2023   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembahasan tentang resesi seks perlu kita tuntaskan. Karena jika tidak maka akan dianggap menjadi suatu momok yang mengkhawatirkan bagi generasi muda yang hendak berkeluarga. 

Bahwasanya menikah, berkeluarga dan memiliki keturunan merupakan kebutuhan dasar atau fitrahnya manusia. 

Adakah orang di dunia ini yang tidak mau menikah?  Sanggupkah anda hidup sendiri tanpa pendamping? 

Tentu tidak ada satupun di antara kita atau di antara manusia secara umum yang sanggup untuk menjomblo selamanya.

Namun karena tantangan hidup yang semakin berat dan variatif untuk masa sekarang ini membuat banyak generasi muda akan benar-benar memikirkan dengan matang keinginan untuk berumah tangga.

Memang banyak sekali faktor yang mempengaruhi kenapa saat ini orang lebih berhati-hati atau bahkan overthinking tentang pernikahan dan memiliki anak.

Baik faktor internal maupun faktor eksternal telah banyak mempengaruhi individu untuk berpikir jauh tentang keinginan menikah secara jangka panjang.

Menikah sebenarnya bukanlah menjadi sesuatu yang akan mempengaruhi kesehatan mental secara fatal melainkan yang dibutuhkan adalah sebuah "mental".

Apabila berbagai faktor tersebut memang menjadi alasan bagi orang-orang saat ini untuk menunda menikah dan punya anak mungkin itu hal yang wajar saja. Namun bukan berarti kita harus menunda-nunda terlalu lama untuk menikah.

Budaya yang telah berkembang di Indonesia selama ini tidak mengenal yang namanya resesi seks.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline