Duh, sekarang sepertinya gampang sekali nemuin ABG yang sudah punya pacar bahkan tak segan mengumbar kemesraan.
Apakah salah satu Topik Pilihan ini masih perlu untuk kita telaah kembali meskipun sudah banyak Kompasianer yang membahasnya tempo hari. Namun izinkan penulis untuk ikut membahasnya karena diangkat dari pengalaman pribadi.
Fenomena ABG pacaran sudah dianggap menjadi sebuah hal yang biasa saja oleh masyarakat bahkan apalagi jika orang tua sudah memberikan "lampu hijau".
Remaja atau para ABG ini sudah pasti akan melalui yang namanya masa pubertas. Itu artinya mereka pasti akan mengalami sebuah perasaan atau ketertarikan dengan lawan jenis.
Hal itu merupakan sesuatu yang lumrah dan sangat manusiawi ketika seorang anak memasuki masa transisi pada fase pubertas ini.
Mungkin hal tersebut sudah menjadi bagian dari fase pubertas yang pasti akan dialami oleh semua anak yang menginjak masa remaja. Namun yang perlu kita cermati bersama adalah apa sebenarnya esensi pacaran yang dialami oleh remaja.
Tindakan yang paling penting untuk dilakukan adalah edukasi kepada remaja tentang seluk-beluk fase transisi yang sedang mereka alami. Termasuk pula terkait pengawasan yang bijak dari para orang tua, keluarga dan sekolah bahkan masyarakat juga perlu dilibatkan.
Jika tidak dilakukan pengawasan secara bijak dan tepat sasaran maka para remaja yang sudah dan akan pacaran, tentu akan mengalami dampak negatif dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada fase tersebut.
Menyukai lawan jenis itu merupakan sebuah kodrat alamiah yang akan dirasakan oleh semua manusia normal di muka bumi ini.
Hanya saja asmara yang timbul dalam perasaan remaja memang harus diajarkan untuk dapat dikelola dengan baik oleh remaja itu sendiri.