Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Studi Kasus Anak Hydrochepalus dan Wawasan Profesionalisme Orangtua Menangani ABK

Diperbarui: 29 September 2022   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi lingkar kepala hidrosefalus. (Sumber iStock)

Ada sebuah pengalaman pribadi yang sangat menarik yang perlu penulis bagikan kali ini terkait penyematan status anak berkebutuhan khusus (ABK) pada anak yang terkena hidrosefalus (hydrocephalus).

Jika anak yang mengidap hidrosefalus dikatakan sebagai ABK, maka penulis termasuk seseorang yang sangat erat dalam berhubungan dengan ABK. 

Tapi sebenarnya penulis sendiri masih bingung apakah memang anak yang kami tangani ini digolongkan menjadi anak berkebutuhan khusus atau tidak. 

Sejak kecil penulis sudah mengalami sendiri pengalaman yang cukup berharga ketika ikut mengasuh keponakan yang terkena hidrosefalus. 

Ya, penulis memiliki seorang keponakan yang sangat istimewa. Keponakan kami yang terkena hidrosefalus ini lahir ketika menulis masih duduk di bangku kelas 5 SD. 

Jadi bisa dibilang penulis sudah berhubungan dengan yang namanya hidrosefalus ini selama lebih kurang 19 tahun lamanya jika dihitung hingga usia penulis saat ini yang sudah berkepala tiga. 

Dulu, waktu zaman penulis masih SD, anak-anak yang terkena hidrosefalus ini mungkin jumlahnya masih sedikit sehingga keluarga kami merasa cukup syok atau gagap dalam menghadapi kondisi tersebut sehingga penanganannya kurang maksimal karena minimnya literasi tentang hidrosefalus ini. Lagian di masa itu penetrasi internet sebelum maju pesat seperti kondisi saat ini.

Walau demikian keluarga kami khususnya orang tua dari keponakan ini tetap mengusahakan yang terbaik dari segi perawatan medis maupun pengobatan secara tradisional. Hingga pada akhirnya hidrosefalus yang diidap oleh keponakan kami dapat berangsur pulih mengikuti fase perkembangannya. 

Bila penulis perhatikan kondisi tengkorak kepalanya terlihat cukup menarik perhatian jika diperhatikan secara dekat. Namun dari segi pergerakan kemampuan kognitif serta segi karakter dan sikap, keponakan kami ini bisa dibilang kondisinya sama saja dengan anak-anak dengan kondisi normal atau dalam kondisi biasa lainnya. 

Sejak dulu sebenarnya penulis memang sudah bisa melihat bahwa keponakan kami ini memiliki kemampuan IQ yang cukup baik. Hal itu dapat terlihat bahwa ketika kecil keponakan ini menunjukkan bukti perkembangan kognitifnya cukup membanggakan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline