Pada kesempatan kali ini penulis akan membagikan kisah tantangan guru mendidik ABK di sekolah reguler yang bukan sekolah inklusif. Bagaimana kisahnya, mari kita simak dengan seksama.
ABK atau Anak Berkebutuhan Khusus selayaknya memang didaftarkan ke sekolah khusus atau yang selama ini kita kenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).
Hal ini bukan tanpa alasan karena jika anak ABK didaftarkan di sekolah khusus maka mereka dapat mendapatkan hak yang utuh untuk mengalami proses pendidikan sesuai dengan kondisi fisik dan mental seorang anak ABK.
Pada sekolah khusus ABK disediakan guru khusus yang memiliki latar belakang keilmuan serta kompetensi yang dibutuhkan oleh siswa ABK.
Berbeda dengan sekolah reguler yang mana guru dan tenaga kependidikannya belum disiapkan untuk mampu mendidik dan membina siswa yang berkebutuhan khusus ini.
Walaupun guru di sekolah reguler bisa saja mendidik siswa berkebutuhan khusus, namun tentu guru atau sekolah bisa kewalahan karena mendidik siswa berkebutuhan khusus tidaklah gampang.
Karena bagi guru dalam mendidik siswa lainnya yang mungkin bisa dikatakan dalam keadaan normal siswa dalam satu kelas dengan jumlah sebanyak itu memiliki pola karakter dan sikap yang berbeda-beda yang belum tentu pula dapat diselesaikan berbagai permasalahannya oleh guru atau wali kelas dengan mudah.
Kehadiran siswa berkebutuhan khusus di sekolah reguler tentu akan menjadi tantangan yang sangat berat bagi guru karena siswa berkebutuhan khusus adalah anak yang istimewa dari sisi kondisi baik fisik maupun mental yang sangat membutuhkan penanganan khusus.
Maka, untuk itulah disediakan sekolah khusus (SLB) yang menampung para siswa berkebutuhan khusus yang akan jadi dididik dan dibina oleh guru khusus yang memiliki kompetensi dan bidang keilmuan sesuai dengan yang dibutuhkan siswa berkebutuhan khusus.
Lalu, apa yang akan terjadi jika siswa berkebutuhan khusus ini tersasar ke sekolah reguler?
Apakah hal tersebut kemungkinan dapat terjadi?