Di momen lebaran seperti saat ini sangat banyak sekali tradisi untuk merajut tali silaturahim antara sesama. Baik antara bersama keluarga, kerabat, dunsanak, sejawat, dan bahkan dengan keluarga "bako".
Bako adalah anggota keluarga dari pihak ayah. Hubungan persepupuan sesama garis keturunan ayah maka itulah yang disebut dengan hubungan bako.
Budaya Minangkabau menganut aliran matrilineal. Dimana aliran matrilineal mengikuti garis keturunan ibu.
Peranan perempuan (Bundo Kanduang) dalam kebudayaan Minangkabau berada pada strata yang diagungkan dan memegang peranan penting dalam segala lini kehidupan masyarakat Minang.
Namun disamping itu pula kebudayaan Minangkabau tidak meninggalkan peranan bako dalam kehidupan anak dan kemenakan.
Sebenarnya di dalam ajaran Islam, hubungan dibawah garis keturunan ayah lah yang dianut.
Ketika ayah kita atau saudara laki-laki kita sudah tidak ada tentu yang akan menggantikan hal-hal yang diperlukan dalam urusan penting seperti pernikahan akan digantikan oleh saudara ayah kita.
Dalam budaya Minangkabau, sebutan untuk paman dari pihak ayah ini berupa Pak Dang, Pak Ngah, dan Pak Etek. Pak kependekan dari Apak (baca: Bapak).
Pak Dang atau Apak Gadang sama untuk paman yang paling tua. Pak Ngah atau Apak Tangah untuk paman yang berada di posisi tengah. Dan Pak Etek atau Apak Ketek untuk paman kita yang paling kecil atau yang paling muda.
Karena sebegitu pentingnya posisi dan peranan seorang paman, oleh sebab itu budaya Minang mengajarkan untuk senantiasa menjaga hubungan dengan bako.