Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Generasi "Sampah" Menjadi Beban di Masa Depan

Diperbarui: 14 April 2022   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi- Siswa SD Aswaja melihat pemilahan jenis sampah saat berkunjung di Bank Sampah Sukun, Kota Malang, Rabu (15/4/2015).| Surya/Hayu Yudha

Disini sampah, disana sampah, dimana-mana pasti ada sampah. Dari generasi sampah berlanjut menjadi "tukang sampah". Bukan pengertian secara sempit dengan mengatakan generasi yang ada ini sebagai sampah masyarakat. Namun, tentang generasi yang masih belum peduli terhadap sampahnya. Tetap saja, generasi seperti itu adalah sebuah beban. Sudahkah kamu peduli akan sampahmu sendiri?

Permasalahan klasik yang akan terus ada hingga ratusan tahun yang akan datang. Ironis memang. Tapi kita semua punya tanggung jawab untuk mengelola sampah, baik sampah yang dihasilkan di lingkungan sekolah, rumah, bahkan saat berkendara sekalipun (baca: kebiasaan membuang sampah lewat jendela mobil).

Kampanye dan berbagai bentuk kegiatan positif terkait pengelolaan sampah harus terus disebarluaskan ke semua pihak. Termasuk kampanye pengelolaan sampah jalur pendidikan. Saat ini, keberadaan sekolah di berbagai jenjang sudah banyak yang memiliki atau membuat program Bank Sampah. 

Keberadaan Bank Sampah di sekolah ini tentu diharapkan dapat bertujuan sebagai pendorong siswa agar dapat memilah dan mensortir sampah di lingkungan rumahnya. Disamping itu, sampah-sampah yang dikumpulkan di Bank Sampah sekolah dapat ditukarkan menjadi pundi-pundi rupiah. Sangat menarik bukan? 

Di sini saya akan berbagi pengalaman tentang pengelolaan sampah di sekolah tempat saya bertugas yang mana kebetulan saya juga ditunjuk sebagai pengelolanya.

Ilustrasi via menlhk.go.id

Motivasi kepada Peserta Didik

Tujuan sekolah kami mengadakan program bank sampah ini adalah tentunya untuk menanamkan kesadaran untuk dapat aktif dan peduli dalam mengelola sampah. Kebetulan sekolah kami adalah jenjang sekolah dasar. 

Pembiasaan hal-hal positif semacam itu memang harus ditanamkan kepada siswa SD yang berusia dini. Agar ketika semakin bertambahnya usia, mereka dapat terus melakukannya karena dari awal sudah tersadarkan atau terbiasakan.

Menanamkan kebiasaan baik seperti mengelola sampah ini memang dirasakan cukup berat. Jangankan untuk memilah sampah, membuang sampah pada tempatnya saja cukup berat bagi mereka untuk melakukannya. 

Jadi pada masa-masa awal dalam pembiasaan pengelolaan sampah ini kepada peserta didik di sekolah dasar memang merupakan sesuatu hal yang sangat menantang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline